Marquee

Terima Kasih Anda Telah Berkunjung Ke Blognya Jarsa

Sabtu, 30 Maret 2013

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


OPTIMALISASI PELAKSANAAN MBS DI SEKOLAH 

BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
S
ejak digulirkannya otonomi daerah bulan Januari 2001 hal ini memberikan bias terhadap pelaksanaan pendidikan di Indonesia secara keseluruhan. Dengan kebijakan ini sebagian kewenangan Pemerintah Pusat dilimpahkan ke Pemerintahan Daerah. Sebagai konsekuensinya  terjadilah desentralisasi pendidikan.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik dimasa  mendatang, telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap  gerak langkah dan perkembangan dunia pendidkan. Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, serta merubah perilaku dan meningkatkan kualitas hidup.
Menyadari akan pentingnya pendidikan, maka sekolah sebagai institusi pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan derajat social masyarakat bangsa perlu dikelola, diatur, ditata, dan diberdayakan agar dapat menghasilkan produk atau hasil secara optimal. Dengan kata lain sekolah sebagai lembaga tempat penyelenggraan pendidikan merupakan system yang memiliki berbagai perangkat dan unsur yang saling berkaitan memerlukan pemberdayaan. Secara internal sekolah memiliki perangkat guru, murid, kurikulum, sarana, dan prasarana. Sedangkan secara eksternal sekolah berhubungan dengan instansi lain baik secara vertikal maupun secara horizontal.

Dalam konteks pedidikan sekolah memiliki stakeholders antara  lain murid, guru, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Oleh karena itulah pemberdayaan sekolah dengan melibatkan semua unsur  yang berkepentingan tersebut dapat memberikan hasil yang lebih baik, sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan semua fihak yang berkepentingan.
Sekolahlah dalam hal ini memiliki kewenangan dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan secara mandiri yang tidak  tergantung kepada birokrasi sentralistik. Hal itu dilakukan semata-mata dalam upaya meningkatkan performans sekolah dalam pencapaian tujuan pendidikan baik tujuan nasioanl maupun institusional.
Gagasan yang penulis tawarkan dalam tulisan ini  adalah bagaimana pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah ini  bisa memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja sekolah sebagai upaya menjadikan sekolah menjadi mandiri dalam pengambilan keputusan yang tidak tergantung dengan pola sentralistik, serta bagaimana mensiasati dalam mencari solusi tentang problematika pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di sekolah agar pelaksanaan manajemen berbasis sekolah bisa mencapa tujuan sesuai yang di harapkan.

1.2    Perumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah yang dikaji dalam tulisan ini adalah:
  • Apakah konsep manajemen berbasis  sekolah dapat meningkatkan kinerja sekolah?
  • Bagaimana Strategi yang digunakan untuk mensiasati agar pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah  bisa  meningkatkan kinerja sekolah?

1.3    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis adalah   
  • Untuk mengetahui apakah manajemen berbasis sekolah dapat meningkatkan kinerja sekolah.
  • Sebagai upaya mencari solusi strategi dalam  mengoptimalkan manajemen berbasis sekolah.
1.4    Kegunaan / Manfaat
Ada beberapa manfaat dari penyusunan karya tulis ini, diantaranya adalah:
1.        Sekolah akan lebih terbuka mengembangkan program  jangka pendek, menengah, maupun panjang  bekerja sama dengan local stakholders.
2.        Ada rasa kepemilikan terhadap lingkungan sekolah dari berbagai stakholders yang ada,  hal ini dapat berimbas pada kualitas kinerja sekolah .
3.        Dapat menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman, harmonis sebagai tempat bekerja sehingga guru dan stap dapat bekerja dengan tenang.


BAB II
KAJIAN TEORITIK


A.       Konsep  Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai terjemahan dari School Based Management adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk merancang kembali pengelolaan sekolah dengan memberikan keleluasaan kepada Kepala Sekolah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, siswa,  kepala sekolah,  orang tua siswa dan masyarakat. Manajemen Berbasis Sekolah mengubah system pengambilan keputusan  dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan keputusan dan  manajemen  ke setiap fihak yang berkepentingan ditingkat local stakeholders.
Dengan  mengalihkan  wewenang  dalam keputusan dari pemerintahan tingkat pusat ke tingkat sekolah diharapkan sekolah akan lebih mandiri dan lebih mampu menentukan arah pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakatnya. Pada pelaksanaannya disadari bahwa pemberian kewenangan kepada sekolah melalui pendekatan Manajemen Berbasis  Sekolah memerlukan proses dan waktu. Salah satu aspek yang memerlukan proses dan waktu adalah bagaimana mendesain organisasi yang mampu  mengakomodir harapan kepentingan local stakeholders serta mampu mengembangkan  dan melaksanakan program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat tersebut.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam memahami konsep Manajemen Berbasis Sekolah , diantaranya:
1.    Pengkajian  konsep Manajemen Berbasis Sekolah terutama yang menyangkut  kekuatan desentralisasi dan kekuasaan atau kewenangan di tingkat sekolah dalam pengambilan keputusan hal ini harus dikaitkan dengan program dan kemampuan dalam peningkatan kinerja sekolah
2.    Pengkajian tentang program  manajemen Berbasis Sekolah berkenaan dengan desentralisasi kekuasaan dan program peningkatan partisipasi local stakeholders. Pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan pemberdayaan sekolah perlu di hubungkan dengan efektifitas program.
3.    Strategi Manajemen Sekolah harus lebih menekankan kepada elemen manajemen partisipatif.
Manajemen berbasis sekolah  bertujuan agar sekolah memiliki otonomi dan partisipasi masyarakat atau local stakeholders mempunyai keterlibatan yang tinggi. Kekuatan model keterlibatan tinggi adalah kemampuannya memberikan kerangka dasar bahwa setiap unsure akan dapat berperan dalam meningkatkan mutu, efesiensi, dan pemerataan kesempatan pendidikan. Dengan asumsi unsur-unsur yang terlibat memahami dan berkontribusi terhadap keberhasilan sekolah. 
Menurut Roger  Scott(1994) Manajemen Berbasis sekolah memberikan peluang kepada guru dan Kepala  Sekolah untuk mengelola sekolah lebih efektif karena ada partisipasi dan kepemilikan serta keterlibatan yang tinggi dalam membuat keputusan.

Rasa kepemilikan terhadap sekolah  yang tinggi ini pada gilirannya akan menimbulkan sikap lebih baik dalam pemanfaatan sumber-sumber daya yang ada untuk dapat mengoptimalkan hasil (out come). Selanjutnya dengan konsep Manajemen Berbasis sekolah pengelola  pendidikan tingkat pusat dan daerah hanya melayani kebutuhan sekolah.
Manajemen berbasis sekolah menawarkan kebebasan kekuasaan yang besar pada sekolah namum tetap disertai seperangkat tanggung jawab yang harus dipikul, yaitu sikap accountability dengan intensitas tinggi dalam menjamin partisipasi sebagai unsure yang berkepentingan dengan sekolah.
Pelaksanaan Manajemen memerlukan sosok Kepala sekolah yang memiliki kemampuan manajerial dan integritas professional yang tinggi serta demokratis dalam proses pengambilan keputusan-keputusan mendasar di sekolah.
Dengan demikian pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah memerlukan perubahan pengangkatan Kepala Sekolah dari Pengangkatan karena kepangkatan atau pengalaman kerja sebagai guru kepada pengangkatan berdasarkan kemampuan dan ketrampilan professional  bidang manajemen pendidikan
Dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah  Kepala Sekolah adalah  The Key Person untuk keberhasilan pelaksanaan otonomi sekolah. Pelaksanaan otonomi sekolah . Ia adalah orang ang diberi tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber dana yang tersedia yang dapat digali dari masyarakat dan orang tua untuk keberhasilan Visi, Misi, dan tujuan sekolah. Oleh karena itu dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Kepala sekolah dituntut untuk memiliki visi dan wawasan yang luas tentang effect schools serta kemampuan professional yang memadai dalam bidang perencanaan, kepemimpinan, manajerial dan suvervisi bidang pendidikan. Dan Kepala  Sekolah harus memiliki kemampuan untuk membangun kerjasama yang harmonis dengan berbagai fihak yang terkait dengan program pendidikan di sekolah.
Dengan demikian upaya pencapaian tujuan nasional maupun kelembagaan sekolah akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan-kemampuan (skill) dan wawasan yang dimiliki oleh Kepala Sekolah dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai pimpinan Sekolah.

B.   Strategi Manajemen Berbasis Sekolah
Strategi adalah langkah-langkah yang sistematis dan sistemik dalam melaksanakan rencana secara menyeluruh dan berjangka panjang dalam pencapaian tujuan model Manajemen Berbasis  Sekolah.  Sadar atau tidak reformasi manajemen pendidikan persekolahan dengan menggunakan  model Manajemen Berbasis Sekolah merupakan tuntutan yang mendesak. Selama ini sekolah ditempatkan pada posisi yang kurang  berdaya karena hampir semua oprasional pendidikan sangat ditentukan oleh birokrasi di atasnya. Agar kekeliruan ini tidak berkepanjangan maka Manajemen Berbasis Sekolah  menjadi tuntutan mutlak (Hannaway and corner).
Strategi pencapain implementasi Manajemen Berbasis Sekolah perlu mempertimbangkan kompleksitas permasalahan  yang dihadapi oleh sekolah. Untuk menerapkan ini diperlukannya suatu pentahapan dengan mempertimbangkan program  jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Dalam pelaksanaannya mestilah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.    Partisipasi masyarakat
2.    Ketenagaan, Kepala  Sekolah, dan  Guru.
3.    Keadaan keuangan yang mencakup rutin sebagai pendapatan sekolah
4.    Kurikulum , materi dan penilaian, buku, alat dan sarana yang diperlukan.
Selain itu dalam pengimplimentasiannya  hendaklah mempertimbangkan kondisi obektif yang ada di sekolah dan kemampuan local stakeholders dilingkungan sekolah.
Kepala sekolah beserta guru dalam hal ini ditantang untuk bertindak kreatif dan dituntut untuk terus meningkatkan profesionalitasnya sehingga dapat memberdayakan semua sumber daya yang optimal. Implikasi dari penerapan  strategi ini menciptakan kondisi diantaranya, perubahan pengelolaan dengan  mendelegasikan kekuasaan kepada Kepala Sekolah dan Guru.
Berkenaan dengan strategi penyusunan program jangka pendek, menengah dan jangka panjang di atas hedaklah sekolah mengikutsertakan beberapa komponen , dalam pelaksanaanya, diantaranya:
1.    Sumber daya manusia di sekolah (Kepala sekolah dan  guru )
2.    Orang tua/wali siswa
3.    Tokoh masyarakat (Formal dan informal)
4.    Utusan siswa, dan
5.    Pengawas

Menurut Muchlas Samani (1999) dalam penerapanya ada beberapa tahapan dalam persiapan strategi pelaksanaan Manajemen Berbasis kompetensi, diantaranya:
1.    Tahap Sosialisasi
Secara subtansial sosialisasi konsep Manajemen Berbasis Sekolah mencakup memperkenalkan ide dasar Manajemen Berbasis  Sekolah pada seluruh jajaran Dinas Pendidikan dan stakeholders , kejelasan karier dan kebijakan yang menjadi wewenang Pusat , Daerah, dan sekolah,  perubahan pola hubungan subordinasi perubahan perilaku baik pimpinan jajaran birokrasi maupun masyarakat, deregulasi aturan, dan transparansi aturan serta akuntabilitas (Muchlas Samani, 1999).

Tahap sosialisasi kerap sangat penting karena ada kecenderungan masyarakat tidak mudah menerima suatu perubahan konsep, tentunya dengan melibatkan semua unsure sekolah dengan local stakeholders yang ada
2.    Tahap Piloting (Uji Coba)
Penerapan konsep Manajemen Berbasis  Sekolah akan mengandung resiko besar. Oleh karena itu bersamaan dengan tahap sosialisasi perlu dikeluarkan piloting atau model uji coba. Efektifitas model uji coba memerlukan dipenuhinya persyaratan dasar yaitu: akseptibilitas, akuntabilitas, replikabilitas, sustainibilitas. Pada tahapan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya:
1.    Sumber daya
2.    Output yang dihasilkan
3.    Proses
4.    Inovasi
3.    Tahap  Desiminasi
Proses dsiminasi model memerlukan pentahapan karena kondisi wilayah yang luas dan jumlah sekolah yang cukup besar, serta daya variabilitas yang sangat beragam. Efektifitas tahap desiminasi akan sangat ditentukan oleh anggaran baik dari segi jumlah maupun fasilitas dari pemerintah,  terutama bagi daerah dan sekolah yang kurang mampu. Berdasarkan kualifikasi kelompok sekolah ada tiga kemampuan yang dapat dilihat dari table di  bawah ini;
Tabel Kelompok Sekolah
Kemampuan Sekolah
Kemampuan Kepala sekolah dan  Guru
Tingkat Partisipasi Masyarakat
Pendapatan  Daerah dan Oarang Tua
Anggaran Sekolah
Kemampuan manajemen tinggi
Berkompetensi tinggi
Tinggi
Terarah
Dukungan
Dana
Tinggi
Anggaran sekolah diluar anggaran prioritas besar
Kemampuan manajemen sedang
Berkompetensi sedang
Sedang
sedang
Sedang
Kemampuan manajemen rendah
Berkompetensi rendah
Rendah
Rendah
Rendah

C.     Kinerja Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah pada hekekatnya dilakukan dalam upaya meningkatkan performansi (kinerja sekolah dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan baik tujuan nasional maupun local institusional. Untuk  melihat keberhasilan pencapaian tersebut, akan nampak dari  beberapa faktor sebagai indikator kinerja yang dicpai oleh sekolah . dengan kata lain sekolah dituntut untuk mampu secara maksimal melaksanakan tugas dan fungsinya dalam faktor-faktor tersebut sebagai bukti terselenggaranya kegiatan pendidikan. Beberapa factor yang merupakan penentu kinerja sekolah diantaranya:
1.       Kurikulum
Glathorn mengelompokan kurikulum sebagai berikut:
Kurikulum  adalah  apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik. Kurikulum merupakan pedoman pengajaran yang telah disepakati.Kurikulum yang direflesikan dan dibentuk oleh sumber daya yang dialokasikan. Kurikulum mencakup isi dimana siswa akan menjalankan test. Kurikulum yang dipelajari siswa sebagai hasil yang diajarkan sekolah

Manajemen Berbasis  Sekolah menuntut kemampuan sekolah untuk mengelola dan mengatur kurikulum yang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar dengan kemungkinan tetap berpedoman kepada rambu-rambu kurikulum yang diatur oleh Dinas Pendidikan sebagai upaya  control pada tingkat makro. Namun pada hakekatnya  sekolah punya kewenangan untuk mengatur dan merencanakan tujuan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat, misalnya dalam hal:
a.        Standarisasi penyelenggaraan pelajaran
b.        Memberi akses yang sama pada seluruh siswa terhadap sejumlah dasar pelajaran yang sesuai guna memenuhi kebutuhan belajar individual dan dapat mencapai  syarat kelulusan
c.        Realisasi kurikulum yang seimbang dalam berbagai tingkatan kemampuan memilih pelajaran yang sesuai guna memenuhi kebutuhan belajar individual.
d.        Memberikan uurutan studi yang tepat di bagian-bagian kurikulum.
e.        Memastikan bahwa semua siswa memenuhi syarat kompetensi minimum.
f.         Memastikan implementasi dari program ketrampilan dasar di sekolah untuk memberikan  fasilitas kecakapan penilaian acuan patokan dan penilaian acuan norma
2.    Proses Belajar Mengajar yang efektif
Manajemen pendidikan  sentralistik cenderung menggunakan kurikulum nasional yang kaku, sarat, dan sesuai dengan sifatnya akan berupa abstraksi yang menampung berbagai aspirasi nasional, regional, maupun local (Tilaar, 1994)

Kondisi pendidikan yang sentralistik yang selama ini dilaksanakan dipandang menjadi sangat akademik dan cenderung menggiring siswa ke dalam kondisi penguasaan materi pelajaran. Suasana belajar yang kaku memandulkan sikap keingintahuan dan kreatifitas yang seharusnya dikembangkan kepada peserta didik. Begitu pula halnya dengan PBM dalam manajemen sentralistik berjalan secara rutin dan mekanistik. Hal tersebut dilakukan karena tujuan PBM adalah menguasai standar nasional. Penyelenggaraan proses belajar mengajar dengan manajemen desentralisasi memberi peluang penyajian situasi belajar mengajar yang lebih konkrit. Peserta didik diarahkan untuk menampilkan kraetifitas dan menggali potensi bakat dan mendorong semangat berpresatsi sehingga proses penalaran dapat dilakukan secara wajar.
Melalui Proses Belajar Mengajar yang didasari dengan kebutuhan local kurikulum tidak terbebani dengan materi yang lain yang sesungguhnya belum atau bahkan tidak relevan bagi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik pada jenjang tersebut. Efektifitas proses belajar mengajar diharapkan dapat tercapai sehingga menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi.
Proses belajar mengajar yang sesuai dengan kebutuhan merupakan bentuk belajar yang menghadapkan siswa dengan suatu jumlah sumber belajar secara individual atau kelompok. Proses belajar mengajar yang efektif adalah suatu kondisi yang memberikan kesempatan  kepada siswa untuk berpikir dan berbeda pendapat dengan guru sehingga terjadi dialog interaktif
3.    Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah  merupakan aspek yang penting dalam konsep Manajemen Berbasis Sekolah sebagai  salah satu sumber daya yang harus dimanfaatkan dan menjadi focus perhatian sekolah. Lingkungan sekolah memiliki keterlibatan baik langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan , strategi pengembangan, bahkan berkaitan dengan proses belajar mengajar dan kurikulum yang akan dilaksanakan di sekolah.
Sekolah harus mampu melakukan identifikasi fisik lingkungan, apakah sekolah berada dilingkungan pegunungan, dataran atau pantai sekolah juga harus mengidentifikasi kondisi social, ekonomi, budaya lingkungan secara cermat. Sesuai dengan konsep manajemen berbasis sekolah yang akan diintegarsikan lingkungan ke dalam manajemen sekolah, maka hal itu dijadikan acuan strategi.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mengintegrasikan lingkungan eksternal ke dalam organisasi sehingga dapat menciptakan suasana kebersamaan dan kepemilikan yang tinggi dengan keterlibatan yang tinggi dari masyarakat. Keterlibatan orang tua siswa tidak terlibat pada lingkungan dimana anaknya sekolah akan tetapi keterlibatan yang didasarkan kepada kepemilikan lingkungan.
4.    Sumber daya sekolah
Arti istilah sumber daya secara harfiah dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1989:867) sebagai berikut:
a.        Faktor produksi terdiri atas tanah, tenaga kerja, dan modal yang dipakai dalam kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang dan jasa serta mendistribusikannya.
b.        Bahan atau keadaan yang dapat digunakan manusia untuk memenuhi keperluan hidupnya.
c.        Segala sesuatu baik yang berwujud benda maupun yang berwujud sarana yang menunjang lainnya yang tidak berwujud, misal peralatan, dan waktu.
Sumber daya pendidikan di sekolah meliputi semua sumber daya  termasuk manajemen yang terlibat dalam pelaksanaan pengelolaan sekolah (Fatah, 1996:13) sedangkan Mudyahardjo (2001:52) menyatakan bahwa sumber daya pendidikan meliputi tenaga, dana, sarana, prasarana dan waktu belajar mengajar yang tersedia untuk menyelnggarakan proses pendidikan.


BAB III
PEMBAHASAN MASALAH


Temuan penulis selama digulirkannya Manajemen Berbasis Sekolah  ada beberapa kajian yang bisa dijadikan referensi untuk mengembangkan optimalisasi pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dalam upaya peningkatan kinerja sekolah diantaranya:
1.        Kurangnya partisipasi local stakeholders terhadap pengembangan program sekolah
2.        Proses rekrutmen kepemimpinan sekolah yang kurang baik, hal ini berpengaruh terhadap pelaksanaan  pengambilan keputusan strategis dimana kepala sekolah yang  berfungsi sebagai the key of person  ditantang untuk memiliki integritas tinggi, kreatif dan profresional.
3.        Adanya indikasi keengganan masyarakat untuk menerima konsep perubahan terhadap kemandirian sekolah , hal ini diindikasikan dengan sulitnya orang tua siswa memberikan partisipasi finansial.
4.        Kurang adanya keterlibatan seluruh personal sekolah dalam penyajian program maupun dalam hal penggunaan anggaran
5.        Terbatasnya sumber daya pendidikan yang bisa dikelola untuk dimanfaatkan.
6.        Kurangnya tranfaransi pemimpin sekolah dalam penggunaan anggaran, hal ini akan berpengaruh terhadap  kenyamanan bekerja dilingkungan tempat bekerja tersebut.
7.        Beberapa sekolah tidak memiliki visi , misi, dan program pengembangan sekolah sehingga tidak jelas  apa target yanga dicapai oleh sekolah dalam masa periode tertentu.
8.        Dinas pendidikan kurang memberi pengarahan, sosialisasi, pengawasan terhadap  manajemen sekolah dan tidak sepenuhnya memberikan kepercayaan kepada  Kepala sekolah  untuk bertindak, sehingga tingkat ketergantungan kepala sekolah sangat tinggi.
Dari beberapa masalah yang ditemukan penulis di atas tentunya masih banyak masalah-masalah lain yang tidak bisa dituliskan dalam makalah ini. Dalam menyikapi hal ini penulis menawarkan bagaimana mensiasati agar manajemen berbasis sekolah bisa lebih optimal diarasakan oleh seluruh komponen sekolah? Bagaimana pula mensiasati  strategi pelaksanaan manajemen berbasis sekolah agar dapat meningkatkan kinerja sekolah?
A.     Mengoptimalkan Manajemen Berbasis Sekolah
Dalam upaya lebih mengoptimalkan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sekolah, diantaranya:
1.        Pembentukan Dewan sekolah
Dewan sekolah yang merupakan representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah maka haruslah mempertimbangkan aspek keseimbangan dalam kepengurusannya yang mewakili dari berbagai unsure stakholders yang ada. Mengingat Dewan sekolah merupakan mitra sekolah maka dalam pembentukan kepengurusannya haruslah dilaksanakan secara demokratis . Tujuan pembentukan dewan sekolah diantaranya:
a)    Mewadahi dan meningkatkan peran serta para stakeholders pendidikan di tingkat sekolah
b)   Mewadahi dan meningkatkan peran serta para stakholders dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi sekolah
c)    Memfasilitasi upaya peningkatan kinerja dan profesionalisme kepala sekolah dan guru yang terlibat dalam proses pendidikan
d)   Menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan sekolah dalam upaya  meningkatkan proses belajar mengajar
e)    Memfasilitasi dan mengontrol penerapan system manajemen sekolah yang transparan dan demokratis dalam penggunaan sumber daya yang tersedia.

2.        Harus adanya pentahapan
Dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah tentunya diperlukan pentahapan agar penerapan  manajemen berbasis sekolah  bisa menghasilkan yang lebih optimal, tahapan itu diantaranya:
2.1)   Tahap Sosialisasi
Dikarenakan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah akan melibatkan stakholders yang ada maka pada tahapan ini sangatlah diperlukan untuk melibatkan semua komponen yang berkepentingan. Diharapkan dengan keterlibatan semua komponen sekolah dapat menimbulkan rasa kepemilikan terhadap sekolah yang pada gilirannya akan menghasilkan mutu sekolah yang unggul. Ada yang bisa dilakukan oleh sekolah pada tahapan ini, diantaranya:
a.    Mengundang orang tua wali siswa dan  para pengusaha yang berada dilingkungan sekolah  untuk duduk bersama menentukan program pengembangan sekolah pada periode jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Pertemuan ini hendaknya berlanjut dan terprogram.
b.    Mengadakan workshop tentang adanya perubahan konsep baru dalam hal manajemen sekolah. Hal ini bisa dilakukan dalam upaya untuk menghindari keengganan masyarakat untuk menerima konsep baru.
c.    Sekolah menghadirkan nara sumber yang berkompeten untuk memberikan sosialisasi
d.    Personal sekolah hendaknya menjaga keharmonisan dengan orang tua wali murid juga dengan  komponen yang lain. Hal ini diharapkan dapat menarik simpati masyarakat untuk ikut serta dalam partisipasi dana maupun dalam hal pemberian saran serta koreksi terhadap sekolah.
2.2)   Tahap uji coba
Ketika pada tahapan sosialisasi sudah dilaksanakan maka langkah selanjutnya adalah  tahapan uji coba. Pada tahapan ini sekolah diharapkan melaksanakan apa yang sudah menjadi komitmen bersama. Pada tahapan ini ada beberapa persyaratan dasar yang harus dipenuhi, diantaranya:
a.    Akuntabilitas, artinya program manajemen sekolah ini dapat dipertanggungjawabkan baik secara konsep, oprasional maupun pendanaannya.
b.    Akseptibilitas, artinya bahwa konsep manajemen berbasis sekolah ini harus bisa diterima oleh masyarakat khususnya masyarakat pendidikan
c.    Replikabilitas, artinya bahwa model manajemen berbasis sekolah ini bisa ditiru oleh sekolah lain
d.    Sustainibilatas, artinya bahwa program ini harus berlanjut dan dikembangkan walaupun pada tahapan uji coba sudah selesai.
Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh sekolah agar pelaksanaan uji coba ini bisa dilaksanakan dengan baik, diantaranya

a.    Sumber daya
Sekolah hendaknya memiliki fleksibiltas dalam mengelola sumber daya sehingga sesuai dengan kebutuhan setempat. Hal ini dimaksudkan pennetua skala prioritas hendaknya disesuaikan dengan kondisi keuangan yang ada
b.    Out put yang dihasilkan
Sekolah harus menghasilkan output yang  terukur tentunya dalam hal pencapaian akademik maupun non akademik
c.    Proses
Ketika program manajemen sekolah ini sudah berjalan maka sekolah tersebut akan memiliki efektivitas proses belajar mengajar  yang tinggi. Hal ini akan ditunjukkan dengan pemberdayaan peserta didik dan sumber-sumber daya sekolah.
d.    Inovasi
Yang dimaksud inovasi disini adalah boleh jadi berbentuk ide, program, layanan, proses, perubahan yang diimplementasikan dalam system pendidikan. Ketika sekolah tersebut sudah menerapkan konsep manajemen berbasis sekolah diharapkan perubahan-perubahan senantiasa dilakukan seirng dengan harapan masyarakat pendidikan di sekitarnya.


2.3) Tahap Desiminasi
Pada tahapan ini diharapkan sekolah mempertimbangkan pelaksanaan skala prioritas berdasarkan kemampuan dan kesiapan sekolah dalam melaksanakan program tersebut. Pemilihan program yang yang sipatnya urgen dan kemampuan biaya mencukupi maka program tersebut mesti didahulukan. Hal ini hendaklah merujuk pada program yang telah disepakati bersama.
Dari peningkatan pentahapan tersebut bisa jadi amat sukar dilakukan, budaya atau kebiasaan lama biasanya sulit untuk ditinggalkan meski sesungguhnya tahu bahwa yang biasa dilakukan itu adalah langkah yang salah. Maka itu  kegiatan perubahan menajemen sekolah perlu dilakukan secara bertahap namun dilakukan dengan benar-benar dan hati-hati. Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam konsep perbaikan manajemen berbasis sekolah, diantaranya:
1)   Aspek budaya,
Aspek budaya ternyata memiliki peran yang  cukup penting dalam pencapaian mutu berkelanjutan. Budaya dalam arti sikap mental dan kebiasaan lama yang sudah melekat dalam setiap langkah kegiatan dan hasil kerja. Pada manajemen berbasis sekolah orientasi peningkatan mutu aspek ini dipandang cukup penting untuk memulai dan menyusun kinerja baru. Ada yang menjadi dorongan pada  kondisi pencapaian mutu yang meliputi perubahan perilaku, metode kerja dan kepemimpinan. 
2)   Hubungan Internal
Kunci keberhasilan manajemen berbasis sekolah adalah ditandai adanya hubungan yang efektif baik internal maupun eksternal.  Hubungan antara personil yang terlibat dalam kegiatan pendidikan dengan Kepala sekolah, antara Kepala sekolah dengan guru. Hal itu menyiratkan bahwa kegiatan yang dilakukan bukanlah pekerjaan individu, melainkan suatu kerja kolektif yang dicapai secara bersama-sama Untuk itulah dibutuhkannya harmonisasi hubungan inter personal yang serasi antara individu dengan lingkungan secara kelembagaan.
3)   Hubungan dengan stakholders
Salah satu kunci keberhasilan pencapaian mutu adalah adanya kesesuaian produk atau hasil kerja dengan kebutuhan yang diinginkan oleh stakeholders. Kualitas yang dicapai tidak dapat ditentukan oleh lembaga secara sefihak melainkan ada konfirmasi atau pengakuan bahwa hasil kerja lembaga cocok dengan kebutuhan dan keinginan pemakai. Dengan demikian sekolah dituntut untuk senantiasa berhubungan dengan fihak yang berkepentingan.

B.     Strategi Peningkatan Kinerja Sekolah
Ketika konsep manajemen sekolah sudah dapat terealisasikan maka diharapkan dapat menimbulkan peningkatan performansi (kinerja) sekolah dalam upaya untuk mencapai tujuan- tujuan pendidikan yang diharapkan. Ada beberapa factor sebagai penentu kinerja sekolah yang saling mempengaruhi, diantaranya:
1.    Kurikulum
Sekolah dalam hal ini dituntut untuk mengelola dan mengatur kurikulum yang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya otonomi sekolah maka sekolah memiliki peran dalam menentukan penyelenggaraan pelajaran selama tidak bertentangan dengan kurikulum nasional. Sekolah dapat menentukan tujuan kurikulum pada program sekolah, misalnya:
a)    Memberikan akses yang sama pada seluruh siswa terhadap sejumlah dasar pelajaran yang sesuai guna memenuhi kebutuhan belajar individual dan dapat mencapai syarat kelulusan.
b)   Pengembangan materi yang disesuaikan dengan karakteristik daerah setempat
c)    Menentukan alat penilaian sehingga instrument penilaian  bisa teruji kelayakannya
d)   Merealisasikan kurikulum yang seimbang dalam berbagai jenis mata pelajaran sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar individual dan mencapai syarat kelulusan.
Dikarenakan dalam pelaksanaannya kurikulum yang menjadikan rujukan dalam pencapain tujuan-tujuan pendidikan maka dengan itu pentingnya guru dalam memahami isi dari kurikulum tersebut. Disinilah pentingnya peningkatan kompetensi seorang guru dalam memahami penjabaran kurkulum teoritis menjadi kurikulum praktek.
2.       Proses belajar mengajar
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar maka gurulah yang menjadi pengendali jalnnya kegiatan  proses belajar tersebut.  Proses belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan merupakan bentuk belajar yang menghadapkan siswa pada sumber belajar secara individual atau kelompok yang tidak hanya terbatas pada cara konvensional seperti guru menjelaskan materi kepada siswa di dalam kelas. Paradigma baru menginginkan adanya perubahan proses belajar yang lebih efektif. Maksudnya  siswa diberi kesempatan untuk berpikir kreatif, bertindak, megemukakan pendapat serta berperan aktif dalam situasi pembelajaran.  Agar situasi pembelajaran lebih aktif dan kreatif maka seyogyanya guru:
a.    Membuat persiapan mengajar terlebih dahulu dalam bentuk rencana pembelajaran atau persiapan mengajar harian atau yang lainnya .
b.    Melaksanakan pembelajaran dengan pemilihan metode  yang tepat, dan penggunaan alat peraga yang sesuai .
c.    Pungsi guru hanya sebatas fasilitator bukan pemberi informasi
d.    Mengevaluasi hasil pembelajaran  dengan memilih intrumen tes yang tepat untuk ditindaklanjuti apakah harus diadakan pengayaan atau perbaikan.
Pada intinya dari kegiatan belajar yang efektif ini akan menemukan suatu pengalaman yang amat penting dalam kehidupan siswa. Karena pada saat itu siswa akan mengalami berbagai hal yang pada saatnya dapat menjadi bekal bagi siswa pada saat nanti dewasa.  Misalnya bagaimana siswa belajar berfikir, membaca, menganalisis, melakukan kesalahan, menentukan pemecahan, menyampaikan pendapat agar selanjutnya siswa terus belajar.
Menyadari bahwa guru merupakan actor didalam kelas yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar maka sebaiknya sekolah:
a)    Memberikan pelatihan peningkatan kompetensi dari setiap jenjang kelas dan setiap jenis pelajaran.
b)   Kepala sekolah sebaiknya dalam penempatan guru kelas mempertimbangkan kemampuan guru
c)    Menghargai unjuk kerja guru , hal ini dimaksudkan agar guru termotivasi untuk  berbuat dan berkarya yang lebih baik.
d)   Memberikan jaminan kehidupan yang layak bagi guru baik jasmani maupun rohani.

3.       Lingkungan sekolah
Dengan adanya pemahaman lingkungan sekolah diharapkan sekolah dapat menyusun format strategi yang berkaitan dengan lingkungan dengan kurikulum, lingkungan dengan proses belajar mengajar, dan lingkungan dengan strategi pengembangan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mengintegrasikan lingkungan eksternal ke dalam organisasi sekolah diharapkan dapat menciptakan suasana kebersamaan dan kepemilikan yang tinggi dengan keterlibatan masyarakat tidak  hanya terbatas peran serta di sekolah saja melainkan keterlibatan yang didasarkan pada kepemilikan lingkungan. Keterlibatan masyarakat secara total terhadap sekolah yang berada dilingkungannya dapat menumbuhkan sikap kepemilikan yang tinggi dengan memberikan kontribusi baik  dalam bidnag material, control manajemen. Pembinaan, serta bentuk partisipasi lain yang dapat meningkatkan eksistensi sekolah yang pada akhirnya sekolah dapat menjadi kebanggaan lingkungan setempat.
4.    Sumber daya sekolah
Terdapat beberapa sumber daya sekolah yang dapat dioptimalkan sehingga bisa meningkatkan kinerja sekolah diantaranya:
a)    Sumber daya manusia yang berada di lingkungan sekolah
b)   Sumber daya fisik
c)    Sumber daya keuangan, dan
d)   Sumber daya informasi.
Ketika sekolah bisa mengoptimalkan sumber daya-sumber daya tersebut maka diharapkan konsep manajemen berbasis sekolah bisa terlaksana dengan baik.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


A.       Kesimpulan
Kesimpulan  hasil kajian teoritis terhadap dua masalah yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:
a) Manajemen berbasis sekolah dapat meningkatkan kinerja sekolah ketika local stakholders dapat terkelola dengan baik. Kepala sekolah dalam pelaksanaannya merupakan kunci bagaimana kepala sekolah berinisiatif,menarik simpati,  dan   membuka diri melakukan hubungan harmonis dengan local stakholders agar rasa kepemilikan terhadap lingkungan sekolah bisa tumbuh.  Melalui manajemen berbasis sekolah akan terciptanya penentuan tujuan kurikulum yang dapat mengakses yang sama pada seluruh siswa terhadap sejumlah dasar pelajaran dan akan  terciptanya  kulitas proses belajar mengajar karena guru sebagai actor yang berada di dalam kelas akan merasa nyaman berada dilingkungan sekolah yang harmonis dalam melakukan tugas dan fungsi-fungsinya  yang pada akhirnya akan terlahirkannya sumber daya manusia yang bermutu dengan didukung oleh sumber daya sekolah  yang optimal.
b) Strategi yang digunakan agar manajemen berbasis sekolah bisa  meningkatkan kinerja sekolah adalah melalui berbagai tahapan diantaranya, tahapan sosialisasi, tahapan piloting, dan tahapan desiminasi. Begitu pula dalam penentuan strategi program perlu juga memperhatikan dan memperhitungkan aspek budaya , aspek internal sekolah, aspek sumber daya sekolah  dan local stakholders.
B.           Saran
Saran yang penulis tawarkan untuk mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah adalah:
a)    Perlu ada penelitian lebih lanjut bagaimana strategi yang tepat agar pelaksanaan manajemen bebasis sekolah bisa terlaksana sesuai dengan harapan, hal ini ada indikasi keengganan masyarakat di daerah  untuk  menerima konsep baru tersebut.
b)   Dikarenakan dalam manajemen berbasis sekolah kepala sekolah merupakan the key person , maka secara kelembagaan  Dinas Pendidikan dalam   perekrutan kepala sekolah  hendaknya mengedapankan asas profesionalitas bukan senioritas.
c)    Sekolah hendaklah menjaga hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekolah agar tercipta suasana lingkungan sekolah yang nyaman dan harmonis.



DAFTAR PUSTAKA

Nanang Fatah, Prof.Dr.M.Pd, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta, Universitas Terbuka, 2005

Mohammad Ali.H.Prof.Dr.M.Pd, Manajamen Berbasis Sekolah, Universitas Terbuka, 2005

…………….,   Manajemen Berbasis Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional, 2001

……………., Panduan Manajemen Berbasis Sekolah, Dirjen Dikdasmen.Dikmenum, 1990

Manullang, M, Dasar-Dasar  Manajemen,  Jakarta, Ghalia Indonesia, 1996

Muchlas Samani, School Based Management: Startegi Pemberdayaan Sekolah Dalam Kerangka Desentralisasi Pendidikan Manuju Pendidikan yang Berkualitas (Makalah), Malang, Universitas Negeri Malang, 1999

Tilaar, H.A.R, 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional kajian pendidikan Masa depan, Bandung,  Remaja Rosdakarya, 1994.

Tim Teknis, School Based Management di Tingkat Pendidikan Dasar, Bapenas, Jakarta, 1999




3 komentar:

  1. wah lengkap ya pak. . . http://escapetravellingadventure.blogspot.com newbe kang, mungkin mau berkunjung?

    BalasHapus
  2. ambil sekarang bonus piala dunia 2018 dari bolavita yuk.
    Link Promo Bonus : www,bolavita,pro/promo-piala-dunia/

    sabung ayam terbaik indonesia dengan minimal pasang 10rb online dari hp dan komputer live s128 sv388 cft2288

    www,sabungayam,pro
    www,sabungonline,org
    www,ayamsabungonline,com
    www,sabung-online,com
    www,sabung-online,net
    www,sabung-online,org
    www,onlinesabungayam,net
    agenpialadunia2018-blog.logdown,com

    kontak kami bolavita:
    WA : 081377055002
    BBM PIN : BOLAVITA

    BalasHapus