OPTIMALISASI PELAKSANAAN MBS DI SEKOLAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
S
|
ejak digulirkannya otonomi daerah
bulan Januari 2001 hal ini memberikan bias terhadap pelaksanaan pendidikan di
Indonesia secara keseluruhan. Dengan kebijakan ini sebagian kewenangan
Pemerintah Pusat dilimpahkan ke Pemerintahan Daerah. Sebagai
konsekuensinya terjadilah desentralisasi
pendidikan.
Kesadaran akan
pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih
baik dimasa mendatang, telah mendorong
berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia
pendidkan. Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup manusia, pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia,
mendewasakan, serta merubah perilaku dan meningkatkan kualitas hidup.
Menyadari akan
pentingnya pendidikan, maka sekolah sebagai institusi pendidikan yang
diharapkan dapat meningkatkan derajat social masyarakat bangsa perlu dikelola,
diatur, ditata, dan diberdayakan agar dapat menghasilkan produk atau hasil
secara optimal. Dengan kata lain sekolah sebagai lembaga tempat penyelenggraan
pendidikan merupakan system yang memiliki berbagai perangkat dan unsur yang
saling berkaitan memerlukan pemberdayaan. Secara internal sekolah memiliki
perangkat guru, murid, kurikulum, sarana, dan prasarana. Sedangkan secara
eksternal sekolah berhubungan dengan instansi lain baik secara vertikal maupun
secara horizontal.
Dalam konteks pedidikan
sekolah memiliki stakeholders antara
lain murid, guru, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Oleh karena
itulah pemberdayaan sekolah dengan melibatkan semua unsur yang berkepentingan tersebut dapat memberikan
hasil yang lebih baik, sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan semua fihak yang
berkepentingan.
Sekolahlah dalam hal ini
memiliki kewenangan dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan secara mandiri
yang tidak tergantung kepada birokrasi
sentralistik. Hal itu dilakukan semata-mata dalam upaya meningkatkan performans
sekolah dalam pencapaian tujuan pendidikan baik tujuan nasioanl maupun
institusional.
Gagasan yang penulis tawarkan
dalam tulisan ini adalah bagaimana
pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah ini
bisa memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja sekolah sebagai
upaya menjadikan sekolah menjadi mandiri dalam pengambilan keputusan yang tidak
tergantung dengan pola sentralistik, serta bagaimana mensiasati dalam mencari
solusi tentang problematika pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di sekolah
agar pelaksanaan manajemen berbasis sekolah bisa mencapa tujuan sesuai yang di
harapkan.
1.2
Perumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah yang dikaji
dalam tulisan ini adalah:
- Apakah konsep manajemen berbasis sekolah dapat meningkatkan kinerja sekolah?
- Bagaimana Strategi yang digunakan untuk mensiasati agar pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah bisa meningkatkan kinerja sekolah?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis
adalah
- Untuk mengetahui apakah manajemen berbasis sekolah dapat meningkatkan kinerja sekolah.
- Sebagai upaya mencari solusi strategi dalam mengoptimalkan manajemen berbasis sekolah.
1.4 Kegunaan
/ Manfaat
Ada beberapa manfaat dari penyusunan
karya tulis ini, diantaranya adalah:
1.
Sekolah
akan lebih terbuka mengembangkan program
jangka pendek, menengah, maupun panjang
bekerja sama dengan local stakholders.
2.
Ada
rasa kepemilikan terhadap lingkungan sekolah dari berbagai stakholders yang
ada, hal ini dapat berimbas pada kualitas
kinerja sekolah .
3.
Dapat
menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman, harmonis sebagai tempat bekerja
sehingga guru dan stap dapat bekerja dengan tenang.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A.
Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis
Sekolah sebagai terjemahan dari School Based Management adalah suatu pendekatan
yang bertujuan untuk merancang kembali pengelolaan sekolah dengan memberikan
keleluasaan kepada Kepala Sekolah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai
upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, siswa, kepala sekolah, orang tua siswa dan masyarakat. Manajemen
Berbasis Sekolah mengubah system pengambilan keputusan dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan
keputusan dan manajemen ke setiap fihak yang berkepentingan ditingkat
local stakeholders.
Dengan mengalihkan
wewenang dalam keputusan dari
pemerintahan tingkat pusat ke tingkat sekolah diharapkan sekolah akan lebih mandiri
dan lebih mampu menentukan arah pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan
tuntutan lingkungan masyarakatnya. Pada pelaksanaannya disadari bahwa pemberian
kewenangan kepada sekolah melalui pendekatan Manajemen Berbasis Sekolah memerlukan proses dan waktu. Salah
satu aspek yang memerlukan proses dan waktu adalah bagaimana mendesain
organisasi yang mampu mengakomodir
harapan kepentingan local stakeholders serta mampu mengembangkan dan melaksanakan program yang relevan dengan
kebutuhan masyarakat tersebut.
Ada tiga hal yang harus
diperhatikan dalam memahami konsep Manajemen Berbasis Sekolah , diantaranya:
1. Pengkajian konsep Manajemen Berbasis Sekolah terutama
yang menyangkut kekuatan desentralisasi
dan kekuasaan atau kewenangan di tingkat sekolah dalam pengambilan keputusan
hal ini harus dikaitkan dengan program dan kemampuan dalam peningkatan kinerja
sekolah
2. Pengkajian tentang program manajemen Berbasis Sekolah berkenaan dengan
desentralisasi kekuasaan dan program peningkatan partisipasi local
stakeholders. Pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dalam kaitannya
dengan pemberdayaan sekolah perlu di hubungkan dengan efektifitas program.
3. Strategi Manajemen Sekolah harus
lebih menekankan kepada elemen manajemen partisipatif.
Manajemen berbasis
sekolah bertujuan agar sekolah memiliki
otonomi dan partisipasi masyarakat atau local stakeholders mempunyai
keterlibatan yang tinggi. Kekuatan model keterlibatan tinggi adalah
kemampuannya memberikan kerangka dasar bahwa setiap unsure akan dapat berperan
dalam meningkatkan mutu, efesiensi, dan pemerataan kesempatan pendidikan.
Dengan asumsi unsur-unsur yang terlibat memahami dan berkontribusi terhadap
keberhasilan sekolah.
Menurut
Roger Scott(1994) Manajemen Berbasis
sekolah memberikan peluang kepada guru dan Kepala Sekolah untuk mengelola sekolah lebih efektif
karena ada partisipasi dan kepemilikan serta keterlibatan yang tinggi dalam
membuat keputusan.
Rasa kepemilikan
terhadap sekolah yang tinggi ini pada
gilirannya akan menimbulkan sikap lebih baik dalam pemanfaatan sumber-sumber
daya yang ada untuk dapat mengoptimalkan hasil (out come). Selanjutnya dengan
konsep Manajemen Berbasis sekolah pengelola
pendidikan tingkat pusat dan daerah hanya melayani kebutuhan sekolah.
Manajemen berbasis
sekolah menawarkan kebebasan kekuasaan yang besar pada sekolah namum tetap
disertai seperangkat tanggung jawab yang harus dipikul, yaitu sikap
accountability dengan intensitas tinggi dalam menjamin partisipasi sebagai unsure
yang berkepentingan dengan sekolah.
Pelaksanaan Manajemen
memerlukan sosok Kepala sekolah yang memiliki kemampuan manajerial dan
integritas professional yang tinggi serta demokratis dalam proses pengambilan
keputusan-keputusan mendasar di sekolah.
Dengan demikian
pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah memerlukan perubahan pengangkatan Kepala
Sekolah dari Pengangkatan karena kepangkatan atau pengalaman kerja sebagai guru
kepada pengangkatan berdasarkan kemampuan dan ketrampilan professional bidang manajemen pendidikan
Dalam pelaksanaan
Manajemen Berbasis Sekolah Kepala
Sekolah adalah The Key Person untuk
keberhasilan pelaksanaan otonomi sekolah. Pelaksanaan otonomi sekolah . Ia
adalah orang ang diberi tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan sumber
daya manusia dan sumber dana yang tersedia yang dapat digali dari masyarakat
dan orang tua untuk keberhasilan Visi, Misi, dan tujuan sekolah. Oleh karena
itu dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Kepala sekolah dituntut untuk
memiliki visi dan wawasan yang luas tentang effect schools serta kemampuan
professional yang memadai dalam bidang perencanaan, kepemimpinan, manajerial
dan suvervisi bidang pendidikan. Dan Kepala
Sekolah harus memiliki kemampuan untuk membangun kerjasama yang harmonis
dengan berbagai fihak yang terkait dengan program pendidikan di sekolah.
Dengan demikian upaya
pencapaian tujuan nasional maupun kelembagaan sekolah akan banyak dipengaruhi
oleh kemampuan-kemampuan (skill) dan wawasan yang dimiliki oleh Kepala Sekolah
dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai pimpinan Sekolah.
B. Strategi
Manajemen Berbasis Sekolah
Strategi adalah
langkah-langkah yang sistematis dan sistemik dalam melaksanakan rencana secara
menyeluruh dan berjangka panjang dalam pencapaian tujuan model Manajemen
Berbasis Sekolah. Sadar atau tidak reformasi manajemen
pendidikan persekolahan dengan menggunakan
model Manajemen Berbasis Sekolah merupakan tuntutan yang mendesak.
Selama ini sekolah ditempatkan pada posisi yang kurang berdaya karena hampir semua oprasional
pendidikan sangat ditentukan oleh birokrasi di atasnya. Agar kekeliruan ini tidak berkepanjangan maka Manajemen Berbasis
Sekolah menjadi tuntutan mutlak
(Hannaway and corner).
Strategi pencapain
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah perlu mempertimbangkan kompleksitas
permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.
Untuk menerapkan ini diperlukannya suatu pentahapan dengan mempertimbangkan
program jangka pendek, jangka menengah,
dan jangka panjang. Dalam pelaksanaannya mestilah memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Partisipasi masyarakat
2. Ketenagaan, Kepala Sekolah, dan
Guru.
3. Keadaan keuangan yang mencakup rutin
sebagai pendapatan sekolah
4. Kurikulum , materi dan penilaian,
buku, alat dan sarana yang diperlukan.
Selain itu dalam
pengimplimentasiannya hendaklah
mempertimbangkan kondisi obektif yang ada di sekolah dan kemampuan local
stakeholders dilingkungan sekolah.
Kepala sekolah beserta
guru dalam hal ini ditantang untuk bertindak kreatif dan dituntut untuk terus
meningkatkan profesionalitasnya sehingga dapat memberdayakan semua sumber daya
yang optimal. Implikasi dari penerapan
strategi ini menciptakan kondisi diantaranya, perubahan pengelolaan
dengan mendelegasikan kekuasaan kepada
Kepala Sekolah dan Guru.
Berkenaan dengan
strategi penyusunan program jangka pendek, menengah dan jangka panjang di atas
hedaklah sekolah mengikutsertakan beberapa komponen , dalam pelaksanaanya, diantaranya:
1. Sumber daya manusia di sekolah
(Kepala sekolah dan guru )
2. Orang tua/wali siswa
3. Tokoh masyarakat (Formal dan
informal)
4. Utusan siswa, dan
5. Pengawas
Menurut Muchlas Samani (1999) dalam
penerapanya ada beberapa tahapan dalam persiapan strategi pelaksanaan Manajemen
Berbasis kompetensi, diantaranya:
1. Tahap Sosialisasi
Secara subtansial sosialisasi konsep
Manajemen Berbasis Sekolah mencakup memperkenalkan
ide dasar Manajemen Berbasis Sekolah
pada seluruh jajaran Dinas Pendidikan dan stakeholders , kejelasan karier dan
kebijakan yang menjadi wewenang Pusat , Daerah, dan sekolah, perubahan pola hubungan subordinasi perubahan
perilaku baik pimpinan jajaran birokrasi maupun masyarakat, deregulasi aturan,
dan transparansi aturan serta akuntabilitas (Muchlas Samani, 1999).
Tahap sosialisasi kerap sangat
penting karena ada kecenderungan masyarakat tidak mudah menerima suatu
perubahan konsep, tentunya dengan melibatkan semua unsure sekolah dengan local
stakeholders yang ada
2. Tahap Piloting (Uji Coba)
Penerapan konsep Manajemen
Berbasis Sekolah akan mengandung resiko
besar. Oleh karena itu bersamaan dengan tahap sosialisasi perlu dikeluarkan
piloting atau model uji coba. Efektifitas model uji coba memerlukan dipenuhinya
persyaratan dasar yaitu: akseptibilitas, akuntabilitas, replikabilitas,
sustainibilitas. Pada tahapan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya:
1. Sumber daya
2. Output yang dihasilkan
3. Proses
4. Inovasi
3. Tahap
Desiminasi
Proses dsiminasi model memerlukan
pentahapan karena kondisi wilayah yang luas dan jumlah sekolah yang cukup
besar, serta daya variabilitas yang sangat beragam. Efektifitas tahap desiminasi
akan sangat ditentukan oleh anggaran baik dari segi jumlah maupun fasilitas
dari pemerintah, terutama bagi daerah
dan sekolah yang kurang mampu. Berdasarkan kualifikasi kelompok sekolah ada
tiga kemampuan yang dapat dilihat dari table di
bawah ini;
Tabel Kelompok Sekolah
Kemampuan
Sekolah
|
Kemampuan
Kepala sekolah dan Guru
|
Tingkat
Partisipasi Masyarakat
|
Pendapatan Daerah dan Oarang Tua
|
Anggaran
Sekolah
|
Kemampuan manajemen tinggi
|
Berkompetensi tinggi
|
Tinggi
Terarah
Dukungan
Dana
|
Tinggi
|
Anggaran sekolah diluar anggaran
prioritas besar
|
Kemampuan manajemen sedang
|
Berkompetensi sedang
|
Sedang
|
sedang
|
Sedang
|
Kemampuan manajemen rendah
|
Berkompetensi rendah
|
Rendah
|
Rendah
|
Rendah
|
C. Kinerja Sekolah
Manajemen Berbasis
Sekolah pada hekekatnya dilakukan dalam upaya meningkatkan performansi (kinerja
sekolah dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan baik tujuan nasional maupun
local institusional. Untuk melihat
keberhasilan pencapaian tersebut, akan nampak dari beberapa faktor sebagai indikator kinerja yang
dicpai oleh sekolah . dengan kata lain sekolah dituntut untuk mampu secara
maksimal melaksanakan tugas dan fungsinya dalam faktor-faktor tersebut sebagai
bukti terselenggaranya kegiatan pendidikan. Beberapa factor yang merupakan
penentu kinerja sekolah diantaranya:
1. Kurikulum
Glathorn mengelompokan kurikulum
sebagai berikut:
Kurikulum adalah
apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik. Kurikulum merupakan
pedoman pengajaran yang telah disepakati.Kurikulum yang direflesikan dan
dibentuk oleh sumber daya yang dialokasikan. Kurikulum mencakup isi dimana
siswa akan menjalankan test. Kurikulum yang dipelajari siswa sebagai hasil yang
diajarkan sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah menuntut kemampuan sekolah untuk
mengelola dan mengatur kurikulum yang akan dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar dengan kemungkinan tetap berpedoman kepada rambu-rambu kurikulum yang
diatur oleh Dinas Pendidikan sebagai upaya
control pada tingkat makro. Namun pada hakekatnya sekolah punya kewenangan untuk mengatur dan
merencanakan tujuan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat,
misalnya dalam hal:
a.
Standarisasi
penyelenggaraan pelajaran
b.
Memberi
akses yang sama pada seluruh siswa terhadap sejumlah dasar pelajaran yang
sesuai guna memenuhi kebutuhan belajar individual dan dapat mencapai syarat kelulusan
c.
Realisasi
kurikulum yang seimbang dalam berbagai tingkatan kemampuan memilih pelajaran
yang sesuai guna memenuhi kebutuhan belajar individual.
d.
Memberikan
uurutan studi yang tepat di bagian-bagian kurikulum.
e.
Memastikan
bahwa semua siswa memenuhi syarat kompetensi minimum.
f.
Memastikan
implementasi dari program ketrampilan dasar di sekolah untuk memberikan fasilitas kecakapan penilaian acuan patokan
dan penilaian acuan norma
2. Proses Belajar Mengajar yang efektif
Manajemen
pendidikan sentralistik cenderung
menggunakan kurikulum nasional yang kaku, sarat, dan sesuai dengan sifatnya
akan berupa abstraksi yang menampung berbagai aspirasi nasional, regional,
maupun local (Tilaar, 1994)
Kondisi pendidikan yang sentralistik
yang selama ini dilaksanakan dipandang menjadi sangat akademik dan cenderung
menggiring siswa ke dalam kondisi penguasaan materi pelajaran. Suasana belajar
yang kaku memandulkan sikap keingintahuan dan kreatifitas yang seharusnya
dikembangkan kepada peserta didik. Begitu pula halnya dengan PBM dalam
manajemen sentralistik berjalan secara rutin dan mekanistik. Hal tersebut
dilakukan karena tujuan PBM adalah menguasai standar nasional. Penyelenggaraan
proses belajar mengajar dengan manajemen desentralisasi memberi peluang
penyajian situasi belajar mengajar yang lebih konkrit. Peserta didik diarahkan
untuk menampilkan kraetifitas dan menggali potensi bakat dan mendorong semangat
berpresatsi sehingga proses penalaran dapat dilakukan secara wajar.
Melalui Proses Belajar Mengajar yang
didasari dengan kebutuhan local kurikulum tidak terbebani dengan materi yang
lain yang sesungguhnya belum atau bahkan tidak relevan bagi peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan peserta didik pada jenjang tersebut. Efektifitas
proses belajar mengajar diharapkan dapat tercapai sehingga menghasilkan
prestasi belajar yang lebih tinggi.
Proses belajar mengajar yang sesuai
dengan kebutuhan merupakan bentuk belajar yang menghadapkan siswa dengan suatu
jumlah sumber belajar secara individual atau kelompok. Proses belajar mengajar
yang efektif adalah suatu kondisi yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan berbeda
pendapat dengan guru sehingga terjadi dialog interaktif
3. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah merupakan aspek yang penting dalam konsep
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai salah
satu sumber daya yang harus dimanfaatkan dan menjadi focus perhatian sekolah.
Lingkungan sekolah memiliki keterlibatan baik langsung maupun tidak langsung dengan
penyelenggaraan , strategi pengembangan, bahkan berkaitan dengan proses belajar
mengajar dan kurikulum yang akan dilaksanakan di sekolah.
Sekolah harus mampu melakukan
identifikasi fisik lingkungan, apakah sekolah berada dilingkungan pegunungan,
dataran atau pantai sekolah juga harus mengidentifikasi kondisi social,
ekonomi, budaya lingkungan secara cermat. Sesuai dengan konsep manajemen
berbasis sekolah yang akan diintegarsikan lingkungan ke dalam manajemen sekolah,
maka hal itu dijadikan acuan strategi.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan
yang mengintegrasikan lingkungan eksternal ke dalam organisasi sehingga dapat
menciptakan suasana kebersamaan dan kepemilikan yang tinggi dengan keterlibatan
yang tinggi dari masyarakat. Keterlibatan orang tua siswa tidak terlibat pada
lingkungan dimana anaknya sekolah akan tetapi keterlibatan yang didasarkan
kepada kepemilikan lingkungan.
4.
Sumber
daya sekolah
Arti istilah sumber daya secara
harfiah dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1989:867) sebagai berikut:
a.
Faktor
produksi terdiri atas tanah, tenaga kerja, dan modal yang dipakai dalam
kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang dan jasa serta mendistribusikannya.
b.
Bahan
atau keadaan yang dapat digunakan manusia untuk memenuhi keperluan hidupnya.
c.
Segala
sesuatu baik yang berwujud benda maupun yang berwujud sarana yang menunjang lainnya
yang tidak berwujud, misal peralatan, dan waktu.
Sumber daya pendidikan di sekolah
meliputi semua sumber daya termasuk
manajemen yang terlibat dalam pelaksanaan pengelolaan sekolah (Fatah, 1996:13)
sedangkan Mudyahardjo (2001:52) menyatakan bahwa sumber daya pendidikan
meliputi tenaga, dana, sarana, prasarana dan waktu belajar mengajar yang
tersedia untuk menyelnggarakan proses pendidikan.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
Temuan
penulis selama digulirkannya Manajemen Berbasis Sekolah ada beberapa kajian yang bisa dijadikan
referensi untuk mengembangkan optimalisasi pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah dalam upaya peningkatan kinerja sekolah diantaranya:
1.
Kurangnya
partisipasi local stakeholders terhadap pengembangan program sekolah
2.
Proses
rekrutmen kepemimpinan sekolah yang kurang baik, hal ini berpengaruh terhadap
pelaksanaan pengambilan keputusan
strategis dimana kepala sekolah yang berfungsi sebagai the key of person ditantang untuk memiliki integritas tinggi,
kreatif dan profresional.
3.
Adanya
indikasi keengganan masyarakat untuk menerima konsep perubahan terhadap
kemandirian sekolah , hal ini diindikasikan dengan sulitnya orang tua siswa
memberikan partisipasi finansial.
4.
Kurang
adanya keterlibatan seluruh personal sekolah dalam penyajian program maupun
dalam hal penggunaan anggaran
5.
Terbatasnya
sumber daya pendidikan yang bisa dikelola untuk dimanfaatkan.
6.
Kurangnya
tranfaransi pemimpin sekolah dalam penggunaan anggaran, hal ini akan berpengaruh
terhadap kenyamanan bekerja dilingkungan
tempat bekerja tersebut.
7.
Beberapa
sekolah tidak memiliki visi , misi, dan program pengembangan sekolah sehingga
tidak jelas apa target yanga dicapai
oleh sekolah dalam masa periode tertentu.
8.
Dinas
pendidikan kurang memberi pengarahan, sosialisasi, pengawasan terhadap manajemen sekolah dan tidak sepenuhnya
memberikan kepercayaan kepada Kepala
sekolah untuk bertindak, sehingga
tingkat ketergantungan kepala sekolah sangat tinggi.
Dari
beberapa masalah yang ditemukan penulis di atas tentunya masih banyak
masalah-masalah lain yang tidak bisa dituliskan dalam makalah ini. Dalam
menyikapi hal ini penulis menawarkan bagaimana mensiasati agar manajemen
berbasis sekolah bisa lebih optimal diarasakan oleh seluruh komponen sekolah?
Bagaimana pula mensiasati strategi
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah agar dapat meningkatkan kinerja sekolah?
A. Mengoptimalkan Manajemen Berbasis Sekolah
Dalam upaya lebih mengoptimalkan
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan sekolah, diantaranya:
1.
Pembentukan
Dewan sekolah
Dewan sekolah yang merupakan
representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan
mutu pendidikan di sekolah maka haruslah mempertimbangkan aspek keseimbangan
dalam kepengurusannya yang mewakili dari berbagai unsure stakholders yang ada.
Mengingat Dewan sekolah merupakan mitra sekolah maka dalam pembentukan
kepengurusannya haruslah dilaksanakan secara demokratis . Tujuan pembentukan
dewan sekolah diantaranya:
a) Mewadahi dan meningkatkan peran serta
para stakeholders pendidikan di tingkat sekolah
b) Mewadahi dan meningkatkan peran serta
para stakholders dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi
sekolah
c) Memfasilitasi upaya peningkatan
kinerja dan profesionalisme kepala sekolah dan guru yang terlibat dalam proses
pendidikan
d) Menyediakan berbagai fasilitas yang
dibutuhkan sekolah dalam upaya
meningkatkan proses belajar mengajar
e) Memfasilitasi dan mengontrol
penerapan system manajemen sekolah yang transparan dan demokratis dalam
penggunaan sumber daya yang tersedia.
2.
Harus
adanya pentahapan
Dalam pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah tentunya diperlukan pentahapan agar penerapan manajemen berbasis sekolah bisa menghasilkan yang lebih optimal, tahapan
itu diantaranya:
2.1) Tahap Sosialisasi
Dikarenakan pelaksanaan manajemen
berbasis sekolah akan melibatkan stakholders yang ada maka pada tahapan ini
sangatlah diperlukan untuk melibatkan semua komponen yang berkepentingan.
Diharapkan dengan keterlibatan semua komponen sekolah dapat menimbulkan rasa
kepemilikan terhadap sekolah yang pada gilirannya akan menghasilkan mutu
sekolah yang unggul. Ada yang bisa dilakukan oleh sekolah pada tahapan ini,
diantaranya:
a. Mengundang orang tua wali siswa dan para pengusaha yang berada dilingkungan
sekolah untuk duduk bersama menentukan
program pengembangan sekolah pada periode jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang. Pertemuan ini hendaknya berlanjut dan terprogram.
b. Mengadakan workshop tentang adanya
perubahan konsep baru dalam hal manajemen sekolah. Hal ini bisa dilakukan dalam
upaya untuk menghindari keengganan masyarakat untuk menerima konsep baru.
c. Sekolah menghadirkan nara sumber yang
berkompeten untuk memberikan sosialisasi
d. Personal sekolah hendaknya menjaga keharmonisan
dengan orang tua wali murid juga dengan komponen yang lain. Hal ini diharapkan dapat
menarik simpati masyarakat untuk ikut serta dalam partisipasi dana maupun dalam
hal pemberian saran serta koreksi terhadap sekolah.
2.2) Tahap uji coba
Ketika pada tahapan sosialisasi sudah
dilaksanakan maka langkah selanjutnya adalah
tahapan uji coba. Pada tahapan ini sekolah diharapkan melaksanakan apa
yang sudah menjadi komitmen bersama. Pada tahapan ini ada beberapa persyaratan
dasar yang harus dipenuhi, diantaranya:
a. Akuntabilitas, artinya program
manajemen sekolah ini dapat dipertanggungjawabkan baik secara konsep,
oprasional maupun pendanaannya.
b. Akseptibilitas, artinya bahwa konsep
manajemen berbasis sekolah ini harus bisa diterima oleh masyarakat khususnya masyarakat
pendidikan
c. Replikabilitas, artinya bahwa model
manajemen berbasis sekolah ini bisa ditiru oleh sekolah lain
d. Sustainibilatas, artinya bahwa
program ini harus berlanjut dan dikembangkan walaupun pada tahapan uji coba
sudah selesai.
Selain itu ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh sekolah agar pelaksanaan uji coba ini bisa dilaksanakan
dengan baik, diantaranya
a. Sumber daya
Sekolah hendaknya memiliki
fleksibiltas dalam mengelola sumber daya sehingga sesuai dengan kebutuhan
setempat. Hal ini dimaksudkan pennetua skala prioritas hendaknya disesuaikan
dengan kondisi keuangan yang ada
b. Out put yang dihasilkan
Sekolah harus menghasilkan output
yang terukur tentunya dalam hal
pencapaian akademik maupun non akademik
c. Proses
Ketika program manajemen sekolah ini
sudah berjalan maka sekolah tersebut akan memiliki efektivitas proses belajar
mengajar yang tinggi. Hal ini akan ditunjukkan
dengan pemberdayaan peserta didik dan sumber-sumber daya sekolah.
d. Inovasi
Yang dimaksud inovasi disini adalah
boleh jadi berbentuk ide, program, layanan, proses, perubahan yang
diimplementasikan dalam system pendidikan. Ketika sekolah tersebut sudah
menerapkan konsep manajemen berbasis sekolah diharapkan perubahan-perubahan
senantiasa dilakukan seirng dengan harapan masyarakat pendidikan di sekitarnya.
2.3) Tahap Desiminasi
Pada tahapan ini diharapkan sekolah
mempertimbangkan pelaksanaan skala prioritas berdasarkan kemampuan dan kesiapan
sekolah dalam melaksanakan program tersebut. Pemilihan program yang yang
sipatnya urgen dan kemampuan biaya mencukupi maka program tersebut mesti
didahulukan. Hal ini hendaklah merujuk pada program yang telah disepakati
bersama.
Dari peningkatan pentahapan tersebut
bisa jadi amat sukar dilakukan, budaya atau kebiasaan lama biasanya sulit untuk
ditinggalkan meski sesungguhnya tahu bahwa yang biasa dilakukan itu adalah
langkah yang salah. Maka itu kegiatan
perubahan menajemen sekolah perlu dilakukan secara bertahap namun dilakukan
dengan benar-benar dan hati-hati. Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam
konsep perbaikan manajemen berbasis sekolah, diantaranya:
1) Aspek budaya,
Aspek budaya ternyata memiliki peran
yang cukup penting dalam pencapaian mutu
berkelanjutan. Budaya dalam arti sikap mental dan kebiasaan lama yang sudah
melekat dalam setiap langkah kegiatan dan hasil kerja. Pada manajemen berbasis
sekolah orientasi peningkatan mutu aspek ini dipandang cukup penting untuk
memulai dan menyusun kinerja baru. Ada yang menjadi dorongan pada kondisi pencapaian mutu yang meliputi
perubahan perilaku, metode kerja dan kepemimpinan.
2) Hubungan Internal
Kunci keberhasilan manajemen berbasis
sekolah adalah ditandai adanya hubungan yang efektif baik internal maupun
eksternal. Hubungan antara personil yang
terlibat dalam kegiatan pendidikan dengan Kepala sekolah, antara Kepala sekolah
dengan guru. Hal itu menyiratkan bahwa kegiatan yang dilakukan bukanlah
pekerjaan individu, melainkan suatu kerja kolektif yang dicapai secara
bersama-sama Untuk itulah dibutuhkannya harmonisasi hubungan inter personal yang
serasi antara individu dengan lingkungan secara kelembagaan.
3) Hubungan dengan stakholders
Salah satu kunci keberhasilan
pencapaian mutu adalah adanya kesesuaian produk atau hasil kerja dengan
kebutuhan yang diinginkan oleh stakeholders. Kualitas yang dicapai tidak dapat
ditentukan oleh lembaga secara sefihak melainkan ada konfirmasi atau pengakuan
bahwa hasil kerja lembaga cocok dengan kebutuhan dan keinginan pemakai. Dengan
demikian sekolah dituntut untuk senantiasa berhubungan dengan fihak yang berkepentingan.
B. Strategi Peningkatan Kinerja Sekolah
Ketika konsep manajemen sekolah sudah
dapat terealisasikan maka diharapkan dapat menimbulkan peningkatan performansi
(kinerja) sekolah dalam upaya untuk mencapai tujuan- tujuan pendidikan yang
diharapkan. Ada beberapa factor sebagai penentu kinerja sekolah yang saling
mempengaruhi, diantaranya:
1. Kurikulum
Sekolah dalam hal ini dituntut untuk
mengelola dan mengatur kurikulum yang akan dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar. Dengan adanya otonomi sekolah maka sekolah memiliki peran dalam
menentukan penyelenggaraan pelajaran selama tidak bertentangan dengan kurikulum
nasional. Sekolah dapat menentukan tujuan kurikulum pada program sekolah,
misalnya:
a) Memberikan akses yang sama pada
seluruh siswa terhadap sejumlah dasar pelajaran yang sesuai guna memenuhi
kebutuhan belajar individual dan dapat mencapai syarat kelulusan.
b) Pengembangan materi yang disesuaikan
dengan karakteristik daerah setempat
c) Menentukan alat penilaian sehingga
instrument penilaian bisa teruji kelayakannya
d) Merealisasikan kurikulum yang
seimbang dalam berbagai jenis mata pelajaran sehingga dapat memenuhi kebutuhan
belajar individual dan mencapai syarat kelulusan.
Dikarenakan dalam pelaksanaannya
kurikulum yang menjadikan rujukan dalam pencapain tujuan-tujuan pendidikan maka
dengan itu pentingnya guru dalam memahami isi dari kurikulum tersebut.
Disinilah pentingnya peningkatan kompetensi seorang guru dalam memahami
penjabaran kurkulum teoritis menjadi kurikulum praktek.
2. Proses belajar mengajar
Dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar maka gurulah yang menjadi pengendali jalnnya kegiatan proses belajar tersebut. Proses belajar mengajar sesuai dengan
kebutuhan merupakan bentuk belajar yang menghadapkan siswa pada sumber belajar
secara individual atau kelompok yang tidak hanya terbatas pada cara
konvensional seperti guru menjelaskan materi kepada siswa di dalam kelas. Paradigma
baru menginginkan adanya perubahan proses belajar yang lebih efektif. Maksudnya
siswa diberi kesempatan untuk berpikir
kreatif, bertindak, megemukakan pendapat serta berperan aktif dalam situasi
pembelajaran. Agar situasi pembelajaran
lebih aktif dan kreatif maka seyogyanya guru:
a. Membuat persiapan mengajar terlebih
dahulu dalam bentuk rencana pembelajaran atau persiapan mengajar harian atau
yang lainnya .
b. Melaksanakan pembelajaran dengan
pemilihan metode yang tepat, dan penggunaan
alat peraga yang sesuai .
c. Pungsi guru hanya sebatas fasilitator
bukan pemberi informasi
d. Mengevaluasi hasil pembelajaran dengan memilih intrumen tes yang tepat untuk
ditindaklanjuti apakah harus diadakan pengayaan atau perbaikan.
Pada intinya dari kegiatan belajar
yang efektif ini akan menemukan suatu pengalaman yang amat penting dalam
kehidupan siswa. Karena pada saat itu siswa akan mengalami berbagai hal yang
pada saatnya dapat menjadi bekal bagi siswa pada saat nanti dewasa. Misalnya bagaimana siswa belajar berfikir,
membaca, menganalisis, melakukan kesalahan, menentukan pemecahan, menyampaikan
pendapat agar selanjutnya siswa terus belajar.
Menyadari bahwa guru merupakan actor
didalam kelas yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar maka
sebaiknya sekolah:
a) Memberikan pelatihan peningkatan
kompetensi dari setiap jenjang kelas dan setiap jenis pelajaran.
b) Kepala sekolah sebaiknya dalam penempatan
guru kelas mempertimbangkan kemampuan guru
c) Menghargai unjuk kerja guru , hal ini
dimaksudkan agar guru termotivasi untuk
berbuat dan berkarya yang lebih baik.
d) Memberikan jaminan kehidupan yang
layak bagi guru baik jasmani maupun rohani.
3. Lingkungan sekolah
Dengan adanya pemahaman lingkungan
sekolah diharapkan sekolah dapat menyusun format strategi yang berkaitan dengan
lingkungan dengan kurikulum, lingkungan dengan proses belajar mengajar, dan
lingkungan dengan strategi pengembangan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
yang mengintegrasikan lingkungan eksternal ke dalam organisasi sekolah
diharapkan dapat menciptakan suasana kebersamaan dan kepemilikan yang tinggi
dengan keterlibatan masyarakat tidak
hanya terbatas peran serta di sekolah saja melainkan keterlibatan yang
didasarkan pada kepemilikan lingkungan. Keterlibatan masyarakat secara total
terhadap sekolah yang berada dilingkungannya dapat menumbuhkan sikap
kepemilikan yang tinggi dengan memberikan kontribusi baik dalam bidnag material, control manajemen.
Pembinaan, serta bentuk partisipasi lain yang dapat meningkatkan eksistensi
sekolah yang pada akhirnya sekolah dapat menjadi kebanggaan lingkungan
setempat.
4. Sumber daya sekolah
Terdapat beberapa sumber daya sekolah
yang dapat dioptimalkan sehingga bisa meningkatkan kinerja sekolah diantaranya:
a) Sumber daya manusia yang berada di
lingkungan sekolah
b) Sumber daya fisik
c) Sumber daya keuangan, dan
d) Sumber daya informasi.
Ketika sekolah bisa mengoptimalkan
sumber daya-sumber daya tersebut maka diharapkan konsep manajemen berbasis
sekolah bisa terlaksana dengan baik.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Kesimpulan hasil kajian teoritis terhadap dua masalah
yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:
a) Manajemen berbasis
sekolah dapat meningkatkan kinerja sekolah ketika local stakholders dapat
terkelola dengan baik. Kepala sekolah dalam pelaksanaannya merupakan kunci
bagaimana kepala sekolah berinisiatif,menarik simpati, dan
membuka diri melakukan hubungan harmonis dengan local stakholders agar
rasa kepemilikan terhadap lingkungan sekolah bisa tumbuh. Melalui manajemen berbasis sekolah akan
terciptanya penentuan tujuan kurikulum yang dapat mengakses yang sama pada
seluruh siswa terhadap sejumlah dasar pelajaran dan akan terciptanya kulitas proses belajar mengajar karena guru
sebagai actor yang berada di dalam kelas akan merasa nyaman berada dilingkungan
sekolah yang harmonis dalam melakukan tugas dan fungsi-fungsinya yang pada akhirnya akan terlahirkannya sumber
daya manusia yang bermutu dengan didukung oleh sumber daya sekolah yang optimal.
b) Strategi yang digunakan
agar manajemen berbasis sekolah bisa
meningkatkan kinerja sekolah adalah melalui berbagai tahapan
diantaranya, tahapan sosialisasi, tahapan piloting, dan tahapan desiminasi.
Begitu pula dalam penentuan strategi program perlu juga memperhatikan dan
memperhitungkan aspek budaya , aspek internal sekolah, aspek sumber daya
sekolah dan local stakholders.
B.
Saran
Saran yang penulis tawarkan untuk
mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah adalah:
a) Perlu ada penelitian lebih lanjut
bagaimana strategi yang tepat agar pelaksanaan manajemen bebasis sekolah bisa
terlaksana sesuai dengan harapan, hal ini ada indikasi keengganan masyarakat di
daerah untuk menerima konsep baru tersebut.
b) Dikarenakan dalam manajemen berbasis
sekolah kepala sekolah merupakan the key person , maka secara kelembagaan Dinas Pendidikan dalam perekrutan
kepala sekolah hendaknya mengedapankan
asas profesionalitas bukan senioritas.
c) Sekolah hendaklah menjaga hubungan
yang harmonis dengan lingkungan sekolah agar tercipta suasana lingkungan
sekolah yang nyaman dan harmonis.
DAFTAR PUSTAKA
Nanang Fatah,
Prof.Dr.M.Pd, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta, Universitas Terbuka,
2005
Mohammad
Ali.H.Prof.Dr.M.Pd, Manajamen Berbasis Sekolah, Universitas Terbuka,
2005
……………., Manajemen Berbasis Sekolah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2001
……………., Panduan
Manajemen Berbasis Sekolah, Dirjen Dikdasmen.Dikmenum, 1990
Manullang,
M, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1996
Muchlas Samani, School
Based Management: Startegi Pemberdayaan Sekolah Dalam Kerangka Desentralisasi
Pendidikan Manuju Pendidikan yang Berkualitas (Makalah), Malang,
Universitas Negeri Malang, 1999
Tilaar, H.A.R, 50
Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional kajian pendidikan Masa depan,
Bandung, Remaja Rosdakarya, 1994.
Tim Teknis, School
Based Management di Tingkat Pendidikan Dasar, Bapenas, Jakarta, 1999
wah lengkap ya pak. . . http://escapetravellingadventure.blogspot.com newbe kang, mungkin mau berkunjung?
BalasHapusSemoga bermanfaat
BalasHapusambil sekarang bonus piala dunia 2018 dari bolavita yuk.
BalasHapusLink Promo Bonus : www,bolavita,pro/promo-piala-dunia/
sabung ayam terbaik indonesia dengan minimal pasang 10rb online dari hp dan komputer live s128 sv388 cft2288
www,sabungayam,pro
www,sabungonline,org
www,ayamsabungonline,com
www,sabung-online,com
www,sabung-online,net
www,sabung-online,org
www,onlinesabungayam,net
agenpialadunia2018-blog.logdown,com
kontak kami bolavita:
WA : 081377055002
BBM PIN : BOLAVITA