MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
P
|
engembangan kurikulum tidak dapat lepas
dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara
berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya,
dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan
peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah
program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi
bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan
kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan
suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing),
menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan
kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem
perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan
standar keberhasilan pendidikan (Tim
Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran, UPI
Bandung: 2002)
Berbagai macam model kurikulum telah dikembangkan oleh para
ahli kurikulum, pendidikan dan psikologi. Sudut pandang ahli yang satu
terkadang berbeda dengan sudut pandang ahli yang lain. Ada yang memandang dari
sudut isinya dan ada juga yang memandang dari sisi pengelolaanya
(sentralisitik/desentralistik). Tidak sedikit pula ahli yang mengembangkan
model kurikulum dari sisi proses penggunaan kurikulum tersebut. Namun demikian,
jika anda teliti lebih lanjut, para ahli tersebut mempunyai satu tujuan/arah
yaitu mengoptimalkan kurikulum.
B. Rumusan
dan Batasan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas pemakalah ingin memperjelas
dengan rumusan dan batasan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian model-model pengembangan kurikulum?
2.
Ada
berapa model yang dipergunakan dalam pengembangan kurikulum?
C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan pengertian
model-model pengembangan kurikulum
2. Menjelaskan berbagai
jenis model-model pengembangan kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian model-model pengembangan
kurikulum
Menurut Good
(1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi
peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk
naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah
realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari
keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang
dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu sarana untuk mempermudah
berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil
keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.
Model atau
konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar (Zainal
Abidin (2012: 137). Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan
teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula
merupakan ulasan tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) model adalah
pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan
model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu
bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.
Model
pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu
kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.
Nadler (1988)
menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna
untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh.
Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah model dapat
menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia, model dapat mengintegrasikan seluruh
pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model dapat menyederhanakan suatu
proses yang bersifat kompleks, dan model dapat digunakan sebagai pedoman untuk
melakukan kegiatan.
Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model
pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Secara
umum, pemilihan model pengembangan kurikulum dilakukan dengan cara menyesuaikan
sistem pendidikan yang dianut dan model konsep yang digunakan. Terdapat banyak
model pengembangan kurikulum yang dikembangkan oleh para ahli. Sukmadinata (2007:161) menyebutkan delapan model
pengembangan kurikulum yaitu: the administrative ( line staff ), the grass
roots, Beauchamp’s
system, The demonstration, Taba’s inverted model, Rogers interpersonal
relations, Systematic action-Research, dan Emerging technical
model. Idi (2007:50) mengklasifikasikan model-model ini ke dalam dua grup besar
model pengembangan kurikulum yaitu model Zais dan model Roger. Masing-masing
kelompok memuat beberapa model yang telah diklasifikasikan oleh Sukmadinata di
atas. Marilah kita ikuti uraian berikut untuk memahami model pengembangan
kurikulum.
B. Model
yang dipergunakan dalam pengembangan kurikulum
I. Model
Zais
Robert
S. Zais adalah ahli kurikulum yang banyak melontarkan ide-idenya sekitar tahun
1976. Berikut beberapa model pengembangan yang dapat dikategorikan dalam model
Zais.
1. The Administrative (line-staf) Model / Model administrasi
Model
administrasi merupakan model pengembangan kurikulum paling lama yang sering
juga disebut sebagai model garis dan staf. Pemberian nama ini dibuat berdasarkan gagasan
pengembangan kurikulum yang banyak muncul dari pejabat yang berwenang (administrator pendidikan). Pada
umumnya administrator pendidikan
ini terdiri dari pengawas, kepala sekolah, dan staf pengajar inti. Tugas para administrator tersebut
adalah merumuskan konsep-konsep dasar,
landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum (Sukmadinata, 2005:162).
Selanjutnya tim membentuk kelompok kerja yang menyusun tujuan khusus pendidikan, garis besar bahan
pengajaran, dan kegiatan
belajar (Ahmad, 1998:54). Hasil kerja kelompok selanjutnya dikaji ulang oleh panitia pengarah yang telah
dibentuk sebelumnya dan para ahli lain dibidangnya. Langkah selanjutnya adalah
mengkaji ulang dengan cara melakukan ujicoba untuk mengetahui keefektifan dan
kelayakannya. Dengan cara-cara dan urutan semacam ini terlihat bahwa dari sisi kebijakan model ini
lebih bersifat sentralistik. Dalam
pelaksanaannya, kurikulum ini memerlukan kegiatan pantauan dan bimbingan di lapangan. Setelah
berjalan dalam kurun waktu yang ditetapkan, perludilakukan evaluasi untuk
menentukan validitas komponen-komponen yang adadalam kurikulum. Hasil penilaian
tersebut merupakan umpan balik bagi semua unsur terkait, khususnya instansi
pendidikan di tingkat pusat, daerah, dan sekolah.
2.
The Grass-Roots
Model / Model Grass-Roots
Model
ini merupakan lawan dari model sebelumnya. Model ini dikenal juga sebagai model desentralisasi karena
inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum bukan berasal dari atas, melainkan dari bawah yaitu guru dan
sekolah. Model bias berangkat
dari sekelompok guru yang mengadakan pengembangan kurikulum. Pengembangan itu sendiri dapat hanya
berupa bagian dari komponen kurikulum, beberapa bidang studi, ataupun keseluruhan komponen
kurikulum. Guru merupakan perencana,
pelaksana, dan sekaligus penilai pengajaran di sekolah. Kepala sekolahsebagai
pimpinan tim administrasi, juga bisa membantu guru dalam membantu pengembangan kurikulum model ini.
Dari sini terlihat bahwa pengembangan model ini sangat tergantung pada kerja
sama guru-guru, guru-kepala sekolah,
bahkan jugaantarsekolah.Pengembangan kurikulum model demokratis ini
memungkinkan terjadinyakompetisi antarsekolah, kelompok sekolah, bahkan sampai
pada tingkat daerah. Kreativitas
orang-orang yang mempunyai peranan penting di dunia pendidikan akan besar pengaruhnya dalam memberikan
warna pada model kurikulum yang dihasilkan.
3.
Taba’s Inverted
Model / Model Terbalik
Secara
umum model kurikulum dikembangkan secara deduktif. Tetapi, kurikulum yang dikembangkan oleh
Taba menggunakan cara pengembanganinduktif. Oleh karena itu dinamakan model
terbalik. Pengembangan model ini diawali dengan melakukan percobaan dan penyusunan teori
serta diikuti dengan tahapan
implemen-tasi. Hal dilakukan guna mempertemukan teori dan praktek. Sukmadinata (2005:166) dan Ahmad
(1998: 57) merangkum lima langkah yang menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum model Taba.
a. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru
Penyusunan unit diawali dengan
mendiagnosis kebutuhan serta dilanjutkan dengan merumuskan tujuan. Kegiatan ini juga mempertimbangkan
keseimbangan antara kedalaman serta keluasan
materi pelajaran yang akan disusun.
b. Menguji unit eksperimen
Setelah unit-unit dibuat, langkah
selanjutnya adalah mengujicobakan unit tersebut. Tujuan dari uji coba unit untuk melihat kelayakan
serta validitas unit-unit dalam
pengajaran. Dari hasil ini dapat diketahui layak atau tidak suatu unit diimplementasikan.
c. Mengadakan revisi dan konsolidasi
Langkah ini dilakukan jika hasil
pada langkah kedua menunjukkan perlunya perbaikan dan penyempurnaan unit-unit yang telah disusun..
d. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum
Apabila proses penyempurnaan telah
dilakukan secara menyeluruh maka langkah berikutnya mengkaji kerangka kurikulum yang
dilakukan oleh para ahlikurikulum dan profesional lainnya.
e. Melakukan implementasi dan desiminasi
Langkah ini merupakan langkah
terakhir yang berarti kurikulum telah siap pakai untuk wilayah yang lebih luas (desiminasi).
4.
The Systematic Action-Reserach Model / Model Pemecahan Masalah
Model ini dikenal juga dengan nama
action research model. Dari sisi proses, kurikulum model ini sudah melibatkan
seluruh komponen pendidikan yang meliputi siswa, orang tua, guru serta sistem
sekolah. Kurikulum dikembangkan dalam
rangka memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan (stakeholder) yang meliputi orang tua siswa, masyarakat, dan
lain-lain. Penyusunan kurikulum dilakukan
dengan mengikuti prosedur action research. Sukmadinata (2005:169) menyebutkan
ada dua langkah dalam penyusunan kurikulum jenis ini.
Pertama,
melakukan kajian tentang data-data yang dikumpulkan sebagai bahan penyusunan
kurikulum. Data (informasi) yang dikumpulkan hendaknya valid dan reliabel
sehingga dapat digunakan sebagai dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan
penyusunan kurikulum. Data yang lemah akan mengakibatkan kesalahan dalam
pengambilan keputusan. Berdasarkan keputusan ini, disusunlah rencana yang menyeluruh (komprehensif) tentang
cara-cara mengatasimasalah yang ada.
Kedua,
melakukan implementasi atas keputusan yang dihasilkan padalangkah pertama. Dari
proses ini akan diperoleh data-data (informasi) baru yang selanjutnya dimanfaatkan untuk
mengevaluasi masalah-masalah yang muncul dilapangan sebagai upaya tindak lanjut
untuk memodifikasi/memperbaiki kurikulum.
5.
The Demonstration Model / Model
Demonstrasi
Model demonstrasi pada dasarnya
bersifat grass-roots,
datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok
guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum.
Model ini umumnya bersekala kecil, hanya mencakup satu atau beberapa sekolah,
satu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores
ada dua variasi model demonstrasi ini:
1.
Sekelompok
guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu
percobaan tentang pengembangan kurikulum.
2.
Bentuk
kedua ini kurang bersifat formal. Beberapa guru yang merasa kurang puas dengan
kurikulum yang ada, mencoba mengembangkan penelitian dan mengembangkan sendiri.
Mereka mencoba menggunakan hal-hal yang lain yang berbeda dengan yang
berlaku.
6.
Beauchamp’s System Model / Model
Beauchamp
Pengembangan
kurikulum dengan menggunakan metode beauchamp memiliki lima memiliki lima
bagian pembuat keputusan. Lima tahap tersebut adalah:
1. Memutuskan arena pengembangan
kurikulum, suatu keputusan yang menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan.
2.
Menetapkan
personalia, yaitu siapa-siapa sajakah yang ikut terlibat dalam pengembangan
kurikulum.
3.
Organisasi
dan prosedur pengembangn kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang
harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus,
memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam
menentukan keseluruhandesain kurikulum.
4.
Implementasi
kurikulum,
yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti yang sudah diputuskan dalam
ruang lingkup pengembangan kurikulum.
5. Evaluasi kurikulum.
7.
Roger’s Interpersonal Relation Model / Model
Roger’s
Carl Rogers adalah seorang ahli
psikologi yang berpandangan bahwa manusia dalam proses perubahan mempunyai
kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri. Berdasarkan pandangan tentang manusia maka rogers
mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut dengan model Relasi
Interpersonal Rogers.
Ada
empat langkah pengembangan kurikulum model rogers diantaranya adalah:
1. Pemilihan satu sistem pendidikan
sasaran
2. Pengalaman kelompok yang intensif
bagi guru
3. Pengembangan satu pengalaman kelompok
yang intensif bagi satu kelas atau unit pelajaran.
4. Melibatkan orangtua dalam pengalaman
kelompok yang intensif.
Rogers lebih mementingkan kegiatan
pengembangan kurikulum daripada rencana pengembangan kurikulum tertulis, yakni
melalui aktivitas dan interaksi dalam pengembangan kelompok intensif yang
terpilih.
8.
Emerging
Technical Models
Perkembangan bidang teknologi dan
ilmu pengetahuan seerta nilai-nilai efisiensi dan efektivitas dalam bisnis,
juga mempengaruhi perkembangan model kurikulum. Tumbuh kecenderungan baru yang
didasarkan atas hal itu, diantaranya :
1)
The Behavioral
Analysis Model. Menekankan penguasaan perilaku atau
kemampuan. Suatu perilaku / kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku
yang sederhana yang tersusun secara hirarkis.
2)
The System
Analysis Model. Berasal dari gerakan efisiensi
bisnis. Langkah pertama model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil
belajar yang harus dikuasi siswa. Langkah kedua menyusun instrumen untuk
menilai ketercapaian hasil belajar tersebut. Langkah ketiga mengidentifikasi
tahap-tahap hasil yang dicapai serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah
keempat membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.
3)
The
Computer-Based Model. Suatu
pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer. Pengembangannya dimulai
dengan mengidentifikasi seluruh unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah
memiliki rumusan tentang hasil yang diharapkan. Kepada para siswa dan guru
diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit kurikulum tersebut. Stelah
diadakan pengolahan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil belajar siswa
disimpan dalam komputer.
II.
Model Rogers
Roger, seorang ahli psikologi,
memberikan warna yang cukup kuat dalam pengembangan model kurikulum. Ada empat
model yang dikembangkan oleh Roger. Model yang satu merupakan perbaikan dari
model sebelumnya.
1.
Model I
Model
pertama merupakan model yang paling sederhana. Kesederhanaan model ini dapat
dilihat dari kegiatan yang ditawarkan, yaitu pembelajaran (pemberian informasi)
dan ujian. Model ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa pendidikan merupakan
kegiatan penyampaian informasi yang diakhiri dengan kegiatan evaluasi. Oleh
sebab itu, banyak pengembang menyebut model ini sebagai model tradisional.
Namun demikian, pada awal pengembanganya, model yang sederhana ini banyak
sekali digunakan.
Jika
Anda menggunakan model ini, maka sesuai dengan sifatnya, Anda harus bias menjawab
dua pertanyaan mendasar berikut.
a. Mengapa Anda mengajar mata pelajaran
ini?
b. Bagaimana Anda bisa mengukur
keberhasilan pengajaran yang anda ajarkan?
Dari pertanyaan di atas terlihat bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri dari kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran) dan ujian. Asumsi yang dipakai dalam model ini adalah pendidikan adalah evaluasi, dan evaluasi adalah pendidikan. Model ni menganggap siswa sebagai obyek yang pasif, sedangkan guru merupakan subyek yang aktif, yang mempunyai peran lebih dominan. Metode pembelajaranbelum terlalu dipentingkan. Kesistematisan organisasi materi juga belum menjadi perhatian. Secara skematis, model ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Sejumlah
kelemahan yang terdapat dalam model ini mendorong Roger untuk mendesain
model 2.
2. Model II
Model pengembangan kurikulum ini
beranjak dari dua pertanyaan sebelumnya
dan dua pertanyaaan tambahan berikut.
a. Metode apa yang Anda gunakan dalam
mengajarkan mata pelajaran?
b. Bagaimana Anda mengorganisasikan
bahan pelajaran?
Dengan
menambahkan komponen metode mengajar dan organisasi bahan maka terlihat bahwa model
pengembangan kurikulum II semakin baik dan lengkap.Metode yang efektif dan
penataan bahan pelajaran sistematis (dari mudah ke yanglebih sukar, dari
konkret ke abstrak, dst.) telah dilakukan
3. Model III
Tidak puas dengan model kedua ini,
Roger pun memunculkan model III dengan
menambahkan dua hal yaitu tentang dukungan bahan ajar yang meliputi buku-buku dan media pengajaran.
Dengan demikian pengaplikasian model ketiga inidapat dilakukan jika Anda
sebagai guru mampu mengimplementasikan dua pertanyaan tambahan berikut di sekolah.
a. Buku pelajaran apa yang Anda gunakan
dalam suatu pelajaran?
b. Media pengajaran apa yang Anda
gunakan dalam mendukung kegiatan pembelajaran?
4. Model IV
Di
samping pelbagai komponen kurikulum pada model I hingga model III, pada model IV ini disertakan pula
komponen penting dalam keseluruhan pendidikan, yaitu tujuan. Tujuan ini menjadi arah pendidikan dan
pengajaran ini yang mengikat semua
komponen yang telah disebutkan sebelumnya, termasuk teknologi yang akan digunakan. Secara lengkap gambaran
model yang dikembangkan Roger dapat disajikan sebagai berikut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keberadaan model-model pengembangan
kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum dan
dengan mempelajari model-model pengembangan kurikulum dapat memudahkan dalam
melakukan pengembangan kurikulum.
2. Pada saat ini banyak para ahli yang
mengemukakan tentang model-model pengembangan kurikulum, tetapi setiap model
pengembangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, juga memiliki
kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan masing-masing model arahan
pengembangannya berbeda-beda ada yang menitikberatkan pada pengambil
kebijaksanaan, pada perumusan tujuan, perumusan isi pelajaran, pelaksanaan
kurikulum itu sendiri dan evaluasi kurikulum.
3. Pemilihan suatu model pengembangan
kurikulum sebaiknya perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem
pengelolaan pendidikan yang dianut dan mempertimbangkan model pengembangan
kurikulum yang sesuai dengan yang diharapkan.
4. Model-model kurikulum akan berkembang
terus seperti kurikulum yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan.
B.
Saran
1. Sebagai tenaga profesional guru
dituntut untuk memiliki sejumlah pengetahuan yang berhubungan dengan kurikulum
karena kurikulum merupakan nadi penggerak dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik dan pengajar. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan, penelitian
atau memperkaya diri dengan melalui bahan bacaan, internet dan sebagainya.
2. Makalah ini sangat terbatas dalam
menyajikan model-model pengembangan kurikulum dan masih banyak lagi model-model
pengembangan kurikulum yang belum, oleh karena itu perlu dicari tahu lagi yang
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dakir. H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2004
Ladjid Hafni. H. Pengembangan Kurikulum, PT. Ciputat
Press Group, 2005.
Sanjaya Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008
Sukmadinata, Nana Syaodih, 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek.
Bandung: P.T. Remaja Rosdakary
Tim Pengembang MKDK
Kurikulum dan Pembelajaran : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan UPI, Bandung, 2009.
Hamalik, Oemar. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT. Remaja RosdaKarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar