KAJIAN KONSEPTUAL
TENTANG
PENDEKATAN REALISTIC
MATHEMATICS EDUCATION
DI SEKOLAH DASAR
Pembelajaran Matematika di SD
Menurut
Gagne, Briggs, dan Wager (Winataputra, dkk, 2007: 1.19), pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar pada siswa.
Pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan
meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh
karena itu, maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis belajar
serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tetapi
tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses belajar terjadi
juga karena konteks interaksi sosio-kultural dalam lingkungan masyarakat.
Anak-anak
mendapatkan pembelajaran kompleks awal di Sekolah Dasar. Disini anak mulai
dikenalkan pada berbagai mata pelajaran, dari pelajaran pokok hingga muatan
lokal. Salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada anak di Sekolah Dasar
adalah matematika.
Pembelajaran
matematika di sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang tidak hanya
mengembangkan kemamapuan dan keterampilan menerapkan matematika, melainkan
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (Soedjadi dalam Windayana, 2007:
21). Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah adalah
melalui pembelajaran yang tidak hanya memposisikan siswa sebagai pendengar,
pemerhati dan pencatat apa yang diterangkan, diragakan dan ditulis guru, tetapi
pembelajaran yang melibatkan siswa secara individu aktif dalam mengkonstruk
pengetahuan melalui proses belajar interaktif.
Salah satu
pendekatan belajar-mengajar yang dapat membantu siswa belajar secara aktif baik
fisik maupun mental diantaranya adalah Pendekatan Realistic Mathematic Education. Pendekatan Realistic Mathematic Education adalah pendekatan belajar-mengajar
yang memberi kesempatan siswa untuk terlibat secara aktif dan memberikan
kontribusi yang besar dalam kegiatan pembelajaran dengan melakukan proses
matematisasi dan pembuatan model untuk masalah-masalah kontekstual yang
diberikan guru. Dengan proses tersebut, siswa akan dapat menemukan
konsep-konsep matematika dengan bimbingan guru.
Dalam proses
matematisasi dan pembuatan model, siswa didorong untuk dapat melakukan diskusi
dengan temannya dan bertanya kepada guru mengenai masalah yang belum difahami.
Ini dapat meningkatkan interaktifitas siswa dengan siswa dan siswa dengan guru
didalam kelas. Proses pembuatan model ini sangat sesuai untuk digunakan
mengingat fase perkembangan pola pikir siswa SD yang masih berada pada tahap
operasional konkret.
Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Siswa Sekolah Dasar
(SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut
Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada
fase ini adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah
logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.
Dari usia
perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat
ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa
memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa
yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti
oleh siswa. Hal ini terkait dengan pembuatan model yang menjadi salah satu
prinsip dalam pendekatan Realistic
Mathematics Education. Akan tetapi dalam pendekatan Realistic Mathematics Education, siswa lebih banyak mengambil peran
karena pembuatan model dilakukan oleh siswa sendiri. Proses ini dapat
merangsang membantu meningkatkan intelegensi logis matematis yang dimiliki oleh
siswa.
Intelegensi logis
matematis adalah kemampuan berpikir dalam penalaran atau menghitung, seperti
kemampuan menelaah masalah secara logis, ilmiah dan matematis.
Intelegensi/kecerdasan ini membuat anak memiliki kemampuan mengenali pola-pola
suatu kejadian dan susunnnya, mereka senang bekerja dengan angka, ingin
mengetahui sejauh mana cara kerja suatu benda.
Berikut ini
karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi logis
matematis (Refni Delfi dalam Winataputra, dkk, 2007: 5.6).
a. Senang
bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki
b. Senang dan
pandai berhitung dan bermain angka
c.
Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun
skenario
d. Mampu
berpikir logis, baik induktif maupun deduktif
e. Senang
silogisme
f.
Senang berfikir abstraksi dan simbolis
g. Mengoleksi
benda-benda dan mencatat koleksinya
Pendekatan Realistic Mathematics Education
a.
Pengertian
pendekatan Realistic Mathematics
Education
Realistic Mathematics Education diketahui
sebagai pendekatan pembelajaran yang telah berhasil di Belanda. Siswa yang
menggunakan pendekatan realistik mempunyai prestasi matematika yang tinggi
(TIMSS dalam Isrok’atun, 2009: 34). Freudenthal (dalam Isrok’atun, 2009: 34)
menyatakan bahwa, matematika bukanlah suatu objek yang siap saji untuk siswa,
melainkan suatu pelajaran yang dinamis, yang dapat dipelajari dengan
mengerjakannya (Learning by Doing).
Belajar melalui pengalaman (Learning by
Doing) dalam bentuk eksplorasi dan memanipulasi akan menjadikan sesuatu
yang dipelajari diingat untuk waktu yang lama (long-term memory). Dan khususnya bagi anak-anak usia Sekolah
Dasar, sesuai dengan tahap perkembangannya, mereka lebih mudah memahami suatu
fenomena melalui pengalaman konkret, dibandingkan hanya mendengar dari guru
saja.
Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan
yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran.
Matematika Realistik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah
yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik
awal pembelajaran. Masalah-masalah
realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau
pengetahuan matematika formal.
Pembelajaran Matematika Realistik di kelas berorientasi pada
karakteristik-karakteristik Realistic Mathematics Education, sehingga
siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika
atau pengetahuan matematika formal.
Selanjutnya, siswa diberi kesempatan mengaplikasikan konsep-konsep
matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. Realistic Mathematics Education menggunakan masalah
sehari-hari sebagai sumber inspirasi pembentukan konsep dan mengaplikasikan
konsep tersebut kedalam kehidupan sehari-hari. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan
persoalan-persoalan “realistik”.
Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi
pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa. Prinsip penemuan kembali dapat
diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan informal, sedangkan proses
penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi (Arifin: 2009).
Dalam
kerangka Realistic Mathematics Education,
Freudenthal juga menyatakan bahwa “Mathematics
is Human Activity”. Ini artinya bahwa penbelajaran matematika disarankan
berangkat dari aktivitas manusia. Matematika sebagai aktifitas manusia
maksudnya manusia perlu diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan
konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer dalam Isrok’atun,
2009: 34).
Menurut
Gravemeijer (Isrok’atun, 2009: 34), ada tiga prinsip utama yang perlu
diperhatikan dalam merancang pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education yaitu:
1.
Prinsip
Guided Reinvention and Progressive Mathematizing, dapat dikatakan bahwa
siswa harus diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengalami sendiri
proses penemuan matematika.
2.
Prinsip
Didactical Phenomenologi,
menyatakan bahwa belajar harus dimulai dari suatu masalah kontekstual yang pada
akhirnya memunculkan konsep matematika.
3.
Prinsip Self-Developed
Models adalah bahwa siswa dituntut untuk dapat mengembangkan model-model
sendiri dari masalah-masalah kontekstual.
Ketiga
prinsip tersebut dioperasionalkan kedalam lima karakteristik dasar dari Realistic Mathematics Education (Gravemeijer dalam
Isrok’atun 2009: 35), yaitu:
1. Phenomenological exploration
Pembelajaran yang terjadi adalah
dengan mengangkat masalah-masalah kontekstual (fenomena) dikehidupan
sehari-hari.
2. Bridging by vertical instruments
Masalah kontekstual yang disajikan
dalam pembelajaran akan memunculkan suatu konsep matematika.
3. Student Contribution
Konsep matematika yang ditemukan dari
kegiatan no.2 (matematika horizontal-matematika vertikal) merupakan kontribusi
siswa, yaitu adanya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran (student center).
4. Interactivity
Interaktif siswa dapat melalui
kegiatan negosiasi, intervensi, diskusi, kerja sama, dan evaluasi, baik antar
siswa maupun antar siswa dengan guru.
5. Intertwining
Dengan menghadirkan masalah-masalah
dari kehidupan sehari-hari, tentunya masalah-masalah yang dihadirkan para siswa
berasal dari berbagai bidang, tidak hanya dari masalah-masalah matematika saja.
Gagasan kunci dari Realistic Mathematics Education adalah memberi
kesempatan pada siswa menemukan kembali konsep-konsep matematika melalui
bimbingan guru (guided reinvention).
Melalui pengetahuan informal siswa, guru membimbing siswa sampai menemukan
konsep-konsep matematika sebagai pengetahuan formal. Melalui memecahkan contextual
problem yang difahami, siswa menggunakan pengetahuan informal untuk
menemukan konsep-konsep matematik. Proses seperti ini mendorong siswa belajar
secara interaktif, karena guru hanya berperan membangun ide dasar siswa
(Windayana, 2007: 22).
b.
Tujuan pembelajaran Realistic Mathematics
Education
Zahra
(2009) mengungkapkan tujuan Realistic
Mathematics Education sebagai
berikut:
1.
Menjadikan
matematika lebih menarik, relevan dan bermakna, tidak terlalu formal dan tidak
terlalu abstrak
2.
Mempertimbangkan
tingkat kemampuan siswa
3.
Menekankan
belajar matematika “Learning by Doing”
4.
Memfasilitasi
penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian yang baku
5.
Menggunakan
konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika
Referensi:
Isrok’atun. (2009). Meningkatkan Komunikasi Matematik Siswa SMP melalui Realistic
Mathematic Education (RME) dalam Rangka Menuju Sekolah Bertaraf Internasional.
Jurnal Pendidikan Dasar.
Muhsetyo, G. dkk. (2007). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
ambil sekarang bonus piala dunia 2018 dari bolavita yuk.
BalasHapusLink Promo Bonus : www,bolavita,pro/promo-piala-dunia/
sabung ayam terbaik indonesia dengan minimal pasang 10rb online dari hp dan komputer live s128 sv388 cft2288
www,sabungayam,pro
www,sabungonline,org
www,ayamsabungonline,com
www,sabung-online,com
www,sabung-online,net
www,sabung-online,org
www,onlinesabungayam,net
agenpialadunia2018-blog.logdown,com
kontak kami bolavita:
WA : 081377055002
BBM PIN : BOLAVITA