EVALUASI KURIKULUM
A.
Pendahuluan
S
|
alah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan adalah dengan menyempurnakan kurikulum. Penyempurnaan kurikulum
dilakukan dengan penilaian terhadap
kekuatan dan kelemahan dari suatu kurikulum dalam bentuk evaluasi kurikulum.
Suatu evaluasi yang baik dilakukan secara komprehensif, mencakup semua langkah
kegiatan dan komponen kurikulum, mulai dari dokumen kurikulum, pelaksanaan,
hasil yang telah dicapai, fasilitas penunjang serta para pelaksana kurikulum.
Hasil evaluasi
kurikulum dapat digunakan oleh pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang
kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan system
pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil evaluasi
kurikulum juga dapat digunakan oleh guru, kepala sekolah, dan para pelaksana
pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih
bahan ajar, metode dan alat bantu pebelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan
lainnya.
Dalam konteks
pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari pengembangan kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum dapat dipertahankan atau
tidak, bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk
melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat
berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai
atau belum, atau evaluasi digunakan
sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang telah ditetapkan.
Ralph Tyler, dalam
Arikunto (2012:3) mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan
data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan
pendidikan sudah tercapai. Jika belum,
bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Stufflebeam, dalam Arikunto (2012:3)
menambahkan bahwa proses evaluasi bukan
sekedar mengukur sejauh mana tujuan telah tercapai, tetapi digunakan untuk
membuat keputusan.
Syaodih Sukmadinata
(2012:173) mengemukakan, bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang luas dan
kompleks dan terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan system pendidikan dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Evaluasi merupakan rentangan yang sangat luas, dimulai dari
tingkat yang sangat informal sampai tingkat yang sangat formal.Pada tingkat
yang sangat informal, evaluasi kurikulum berbentuk perkiraan, dugaan atau
pendapat tentang perubahan-perubahan yang telah dicapai oleh program sekolah.
Pada tingkat yang lebih formal, evaluasi kurikulum meliputi pengumpulan dan
pencatatan data, sedangkan pada tingkat yang sangat formal berbentuk
pengukuran berbagai bentuk kemajuan ke
arah tujuan yang telah ditentukan.
Sebagai sebuah
konstruksi, kurikulum memiliki komponen atau unsur yang terdiri dari, tujuan,
isi atau materi, proses atau system penyampaian dan media, serta evaluasi.
Syaodih Sukmadinata (2012:173) mengemukakan bahwa program evaluasi kurikulum
bukan hanya mengevaluasi hasil belajar siswa dan proses pembelajarannya, tetapi
juga desain dan implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja guru,
kemampuan dan kemajuan siswa, sarana, fasilitas dan sumber belajar, dan
lain-lain.
Objective,
it scope, the quality of personnel in charger of it, the capacities of the
students, the relative importance of various subject, the degree to which
objectives are implemented, the equipment and materials and son (Taba, 1962:310)
dalam Syaodih Sukmadinata (2012:173)
Evaluasi kurikulum
menurut Hamalik (2011:253) merupakan
proses untuk menilai kinerja pelaksanaan suatu kurikulum. Di dalamnya terdapat tiga makna, yaitu (a)
evaluasi tidak akan terjadi kecuali telah mengetahui tujuan yang akan dicapai;
(b) untuk mencapai tujuan tersebut harus diperiksa hal-hal yang telah dan
sedang dilakukan; (c) evaluasi harus mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria
tertentu.Fokus evaluasi kurikulum setidaknya dilakukan terhadap empat bidang,
yaitu evaluasi terhadap penggunaan kurikulum, desain kurikulum, hasil dari
siswa, dan system kurikulum.
Evaluasi kurikulum
sering juga dibatasi secara sempit, yaitu hanya ditekankan pada hasil-hasil
yang telah dicapai siswa.Curriculum evaluation may be defined asa the estimation of the
growth and progress of students toward objectives of the curriculum(Wright,1966:303). Luas atau sempitnya suatu program
evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuannya. Apakah evaluasi
tersebut ditujukan untuk menilai keseluruhan system kurikulum atau hanya
komponen-komponen tertentu saja dalam system
kurikulum tersebut.(Syaodih Sukmadinata 2012:173)
Taylor, dalam
Hamalik (2012:255) berpendapat bahwa evaluasi kurkulum minimal dilakukan dua
kali, yaitu pada awal dan akhir pengembangan kurikulum, agar dapat mengukur
perubahan dalam jangka waktu tersebut.Ia juga berpendapat bahwa evaluasi
kurikulum harus dilakukan berturut-turut sepanjang proses pengembangan
kurikulum yang terdiri atas empat tahapan, yaitu penentuan tujuan pendidikan,
pemilihan pengalaman pembelajaran, pengorganisasian pengalaman pembelajaran,
dan evaluasi efek pembelajaran.
B. Prinsip-prinsip Evaluasi Kurikulum
Hamalik (2012:255) mengemukakan bahwa
prinsip-prinsip evaluasi kurikulum adalah sebagai berikut:
1.
Tujuan
tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu pula
yang yang mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelaksanaan evaluasi
kurikulum;
2.
Bersifat
obyektif, dalam artian berpijak pada keadaanyang sebenarnya, bersumber dari
data yang nyata dan akurat, yang diperoleh melalui instrument yang andal;
3.
Bersifat
komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang
lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum harus mendapatkan perhatian dan
pertimbangan secara seksama sebelum diadakan pengambilan keputusan;
4.
Kooperatif
dan bertanggungjawab dalam perencanaan. Pelaksanaan dan keberhasilan suatu
program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab bersama pihak-pihak yang
terlibat dalam proses pendidikan, seperti guru, kepala sekolah, penilik, orang
tua, bahkan siswa itu sendiri, di samping merupakan tanggungjawab utama lembaga
penelitian dan pengembangan;
5.
Efisien,
khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan yang menjadi
unsur penunjang. Oleh karena itu, harus diupayakan agar hasil evaluasi lebih
tinggi, atau paling tidak berimbang dengan materil yang digunakan;
6.
Berkesinambungan.
Hal ini diperlukan mengingat tuntutan dari dalam dan luar system sekolah, yang
meminta diadakannya perbaikan kurikulum. Untuk itu peran guru dan kepala
sekolah sangatlah penting, karena mereka yang paling mengetahui pelaksanaan,
permasalahan, dan keberhasilan kurikulum.
Dalam konteks
pengembangan kurikulum, evaluasi kurikulum memerlukan strategi evaluasi. Dalam
pengembangan strategi evaluasi dibutuhkan rumusan yang jelas tentang apa yang
dimaksud dengan evaluasi itu. Rumusan itu diambil dari teori evaluasi yang
didalamnya terdapat kerangka kerja konseptual bagi pengembangan strategi
evaluasi.Perumusan yang tepat akan menjadi landasan dalam pelaksanaan evaluasi
kurikulum. Rumusan yang yang kurang tepat akan menjadi penyebab kegagalan dalam
evaluasi. Evaluasi bertujuan untuk menyediakan informasi bagi pembuat
keputusan, yang ditekankan pada upaya perbaikan program, bukan sebagai kritik
terhadap program (Hamalik:2012:257).
Terdapat empat jenis
strategi evaluasi menurut Hamalik (2012:257) yaitu:
1.
Strategi
pertama, terdiri atas penentuan lingkungan tempat terjadinya perubahan, terdapat
berbagai kebutuhan yang tidak atau belum terpenuhi, dan juga berbagai masalah
yang mendasari timbulnya kebutuhan serta kesempatan untuk terjadinya perubahan;
2.
Strategi
kedua, terdiri atas pengenalan dan penilaian terhadap berbagai kemampuan (capabilities)
yang relevan. Strategi ini sangat besar gunanya dalam pencapaian tujuan program
dan desain yang berguna untuk mencapai tujuan-tujuan khusus;
3.
Strategi
ketiga, terdiri atas pendekatan dan prediksi hambatan yang mungkin terjadi
dalam desain procedural atau implementasi sepanjang tahapan pelaksanaan
program;
4.
Strategi
keempat, terdiri atas penentuan keefektifan proyek yang telah dilaksanakan,
melalui pengukuran dan penafsiran hasil-hasil yang telah dicapai sehingga
seorang evaluator dapat memilih strategi yang tepat.
Keempat strategi itu dikembangkan
berdasarkan asumsi-asumsi:
1.
Mutu
program bergantung pada mutu keputusan yang dibuat;
2.
Mutu
keputusan bergantung pada kemampuan manajer untuk mengidentifikasi berbagai
alternative yang terdapat dalam berbagai situasi keputusan, melalui berbagai
pertimbangan yang seksama;
3.
Dalam
pembuatan keputusan yang seksama
dibutuhkan informasi yang tepat dan dapat dipercaya;
4.
Proses
pengadaan informasi bagi pembuatan keputusan erat hubungannya dengan konsep
evaluasi yang digunakan.
Terdapat
sejumlah syarat yang diperlukan dalam program evaluasi kurikulum, agar hasilnya
bermakna. Doll (1976), dalam Syaodih (2012:174) yaitu :
1.
Memiliki
nilai dan penilaian;
2.
Memiliki
tujuan dan sasaran yang jelas;
3.
Bersifat
menyeluruh dan terus menerus;
4.
Berfungsi
diagnostic dan terintegrasi.
C. Model-Model Evaluasi Kurikulum
Syaodih (2012:185)
memaparkan beberapa model evaluasi kurrikulum yaitu :
1.
Evaluasi
Model Penelitian.
Model evaluasi
kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode
tes psikologis serta eksperimen lapangan.Tes psikologis dan tes psikometrik
pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes intelegensi yang ditujukan untuk
mengukur kemampuan bawaan, serta tes hasil belajar yang mengukur perilaku
skolastik.Salah satu pendekatan dalam evaluasi yang menggunakan eksperimen
lapangan adalah mengadakan pembandingan antara dua macam kelompok anak,
umpamanya yang menggunakan dua metode belajar yang berbeda. Kelompok pertama
belajar membaca dengan metode global dan kelompok lain menggunakan metode
unsur. Kelompok mana yang lebih baik atau berhasil.
Ada beberapa
kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut.Pertama, kesulitan
administrative, sedikit sekolah yang bersedia dijadikan sebagai sekolah
eksperimen. Kedua, masalah teknis dan logis, yaitu kesulitan menciptakan
kondisi kelas yang sama untuk kelompok-kelompok yang diuji. Ketiga, sukar untuk
mencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompok-kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol, pengaruh guru-guru tersebut sukar dikontrol.Keempat, ada
keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen yang dilakukan.
2.
Evaluasi
model obyektif
Dalam model
obyektif, evalusi merupkan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan
kurikulum. Evaluator memiliki peran dalam menghimpun pendapat –pendapat orang
luar tentan inovasi kurikulum yang dilaksanakan.Evaluasi dilakukan pada akhir
pengembangan kurikulum, yang kegiatannya sering disebut evaluasi sumatif.Dalam
hal tertentu evaluator sering bekerja sebagai pengembang.Informasi yang
diperoleh dari hasil penilaian digunakan untuk penyempurnaan inovasi yang
sedang berjalan.Evaluasi ini sering disebut evaluasi formatif.
Dalam model
obyektif, kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain, tetapi diukur
dengan seperangkat obyektif (tujuan khusus).Keberhasilan pelaksanaan kurikulum
diukur dengan penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan tersebut.
Sejumlah persyaratan
harus dipenuhi oleh pengembang model obyektif, yaitu:
1). Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan
kurikulum;
2). Merumuskan
tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa;
3). Menyusun materi
kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut;
4). Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa
dengan hasil yang diinginkan.
3. Model Campuran Multivariasi
Evaluasi model
perbandingan (comparative approach),
yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari kedua
pendekatan.Strategi ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu kurikulum dan
secara serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan kriteria khusus
dari masing-masing kurikulum.Metode ini tidak terlepas dari proyek evaluasi.Metode
ini berkembang setelah setelah berkembangnya penggunaan computer yang
memungkinkan studi lapangan tidak terhambat oleh kesalahan dan kelambatan serta
pengolahan statistic dapat dikerjakan dengan computer.
Terdapat sejumlah
langkah model multivariasi, seperti dikemukakan Syaodih (2012:188) yaitu:
1)
Mencari
sekolah yang berminat untuk dievaluasi;
2)
Pelaksanaan
program. Bila tidak ada pencampuran sekolah tekanannya pada partisipasi yang optimal;
3)
Sementara
tim menyusun tujuan, yang meliputi semua tujuan dari pengajaran umpamanya
dengan metode global dan metode unsur, dapat disiapkan tes tambahan;
4)
Bila
semua informasi yang diharapkan telah
terkumpul, maka mulailah dengan pekerjaan computer;
5)
Tiap
analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari beberapa
variable yang berbeda.
4. Model EPIC
Model EPIC atau Evaluation Programs For Innovative Curriculums menggambarkan keseluruhan
program evaluasi dalam sebuah kubus. Kubus tersebut mempunyai tiga
bidang.Bidang pertama adalah behavior
atau perilaku yang menjadi sasaran pendidikan yang meliputi cognitive, afektive dan psychomotor.
Bidang kedua adalah instruction atau
pengajaran, yang meliputi organization,
content, method, facilities and cost, dan bidang ketiga adalah
kelembagaan yang meliputi student, teacher, administrator, educational
specialist, family and community Doll, 1976 dalam Syaodih (2012:189).
D. Peranan Evaluasi Kurikulum
Peranan evaluasi kurikulum khususnya pendidikan
paling tidak berkenaan dengan tiga hal, yaitu: evaluasi sebagai moral judgment,
evaluasi dan penentuan keputusan, evaluasi, dan konsensus nilai.
1.
Evaluasi
sebagai moral judgment. Konsep utama dalam evaluasi adalah nilai. Hasil dari
suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan
selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian, pertama evaluasi berisi skala
nilai moral, berdasarkan skala tersebut suatu obyek evaluasi dapat dinilai. Kedua, evaluasi berisi
seperangkat kriteria praktis berdasarkan kriteria itu suatu hasil dapat
dinilai. Dalam evaluasi terdiri dari dua kegiatan, yaitu mengumpulkan informasi
dan kedua menentukan suatu keputusan.
2.
Evaluasi
dan penentuan keputusan
Pengambil
keputusan dala pendidikan atau khususnya kurikulum terdiri dari guru, murid,
orang tua, kepala sekolah, inspektur, pengembang kurikulum dan sebagainya.Tiap
individu di atas membuat keputusan sesuai dengan posisinya.Besar kecilnya
peranan keputusan yang diambil oleh seseorang sesuai dengan lingkup tanggung
jawab serta lingkup masalah yang dihadapinya pada suatu saat. Setiap pengambil
keputusan dalam proses evaluasi memegang posisi nilai yang berbeda, sesuai
dengan posisinya.Masalah yang timbul adalah, tidak diperoleh hasil evaluasi
yang dapat bermanaat bagi semua pihak.
3.
Evaluasi
dan Konsensus nilai
Hasil
evaluasi kurikulum yang diperoleh dari berbagai latar belakang, sulit diperoleh
kesatuan dalam penilaian.Kesatuan penilaian hanya dapat dicapai melalui suatu
consensus.Konsensus tersebut merupakan kerangka kerja penelitian, yang
dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar yang bersifat
behavior, penggunaan analisis statistic dari pretest dan posttest.
E. Kesimpulan
Evaluasi kurikulum menurut Hamalik
(2011:253) merupakan proses untuk
menilai kinerja pelaksanaan suatu kurikulum.
Di dalamnya terdapat tiga makna, yaitu (a) evaluasi tidak akan terjadi
kecuali telah mengetahui tujuan yang akan dicapai; (b) untuk mencapai tujuan
tersebut harus diperiksa hal-hal yang telah dan sedang dilakukan; (c) evaluasi
harus mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria tertentu
Dalam
konteks pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi dapat
ditentukan nilai dan arti kurikulum,
sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum dapat
dipertahankan atau tidak, bagian mana yang harus disempurnakan.
Terdapat
empat jenis strategi evaluasi menurut Hamalik (2012:257) yaitu:
1.
Strategi
pertama, terdiri atas penentuan lingkungan tempat terjadinya perubahan,
terdapat berbagai kebutuhan yang tidak atau belum terpenuhi, dan juga berbagai
masalah yang mendasari timbulnya kebutuhan serta kesempatan untuk terjadinya
perubahan;
2.
Strategi
kedua, terdiri atas pengenalan dan penilaian terhadap berbagai kemampuan
(capabilities) yang relevan. Strategi ini sangat besar gunanya dalam pencapaian
tujuan program dan desain yang berguna untuk mencapai tujuan-tujuan khusus;
3.
Strategi
ketiga, terdiri atas pendekatan dan prediksi hambatan yang mungkin terjadi
dalam desain procedural atau implementasi sepanjang tahapan pelaksanaan
program;
4.
Strategi
keempat, terdiri atas penentuan keefektifan proyek yang telah dilaksanakan,
melalui pengukuran dan penafsiran hasil-hasil yang telah dicapai sehingga
seorang evaluator dapat memilih strategi yang tepat.
Syaodih
(2012:185) memaparkan beberapa model evaluasi kurrikulum yaitu :
1.
Evaluasi
Model Penelitian.
Model evaluasi
kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode
tes psikologis serta eksperimen lapangan.Tes psikologis dan tes psikometrik
pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes intelegensi yang ditujukan untuk
mengukur kemampuan bawaan, serta tes hasil belajar yang mengukur perilaku
skolastik.
2.
Evaluasi
model obyektif
Dalam model
obyektif, evalusi merupkan bagian yang sangat penting dari menghimpun pendapat
–pendapat orang luar tentan inovasi kurikulum yang dilaksanakan
3.
Model
Campuran Multivariasi
Evaluasi model
perbandingan (comparative approach), yaitu strategi evaluasi yang menyatukan
unsur-unsur dari kedua pendekatan.Strategi ini memungkinkan perbandingan lebih
dari satu kurikulum dan secara serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur
berdasarkan kriteria khusus dari masing-masing kurikulum.
4.
Model
EPIC
Model EPIC atau Evaluation Programs For Innovative Curriculums menggambarkan
keseluruhan program evaluasi dalam sebuah kubus. Kubus tersebut mempunyai tiga
bidang.Bidang pertama adalah behavior atau perilaku yang menjadi sasaran
pendidikan yang meliputi cognitive, afektive dan psychomotor. Bidang kedua adalah instruction atau pengajaran, yang
meliputi organization, content, method,
facilities and cost, dan bidang ketiga adalah kelembagaan yang meliputi student, teacher, administrator, educational specialist, family and
community
Peranan evaluasi
kurikulum khususnya pendidikan paling tidak berkenaan dengan tiga hal, yaitu:
evaluasi sebagai moral judgment, evaluasi dan penentuan keputusan, evaluasi,
dan konsensus nilai
Daftar Pustaka
Arikunto,
Suharsimi, 2012. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan.Jakarta: Bumi
Aksara
Hamalik,
Oemar. 2011. Dasar-dasar Pengembangan
Kurikulum.Bandung:
PT Remaja Rosda
Karya
Sukmadinata,
Syaodih, Nana. 2012. Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT. Remaja Rosda
Karya
ambil sekarang bonus piala dunia 2018 dari bolavita yuk.
BalasHapusLink Promo Bonus : www,bolavita,pro/promo-piala-dunia/
sabung ayam terbaik indonesia dengan minimal pasang 10rb online dari hp dan komputer live s128 sv388 cft2288
www,sabungayam,pro
www,sabungonline,org
www,ayamsabungonline,com
www,sabung-online,com
www,sabung-online,net
www,sabung-online,org
www,onlinesabungayam,net
agenpialadunia2018-blog.logdown,com
kontak kami bolavita:
WA : 081377055002
BBM PIN : BOLAVITA