Marquee

Terima Kasih Anda Telah Berkunjung Ke Blognya Jarsa

Kamis, 02 Mei 2013


EVALUASI KURIKULUM

A.       Pendahuluan
S
alah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menyempurnakan kurikulum. Penyempurnaan kurikulum dilakukan dengan  penilaian terhadap kekuatan dan kelemahan dari suatu kurikulum dalam bentuk evaluasi kurikulum. Suatu evaluasi yang baik dilakukan secara komprehensif, mencakup semua langkah kegiatan dan komponen kurikulum, mulai dari dokumen kurikulum, pelaksanaan, hasil yang telah dicapai, fasilitas penunjang serta para pelaksana kurikulum.
Hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan system pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru, kepala sekolah, dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan ajar, metode dan alat bantu pebelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.
Dalam konteks pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi dapat ditentukan  nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum dapat dipertahankan atau tidak, bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau  belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang telah ditetapkan.
Ralph Tyler, dalam Arikunto (2012:3) mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan  sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Stufflebeam, dalam Arikunto (2012:3) menambahkan bahwa  proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan telah tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.
Syaodih Sukmadinata (2012:173) mengemukakan, bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang luas dan kompleks dan terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan  system pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi merupakan rentangan yang sangat luas, dimulai dari tingkat yang sangat informal sampai tingkat yang sangat formal.Pada tingkat yang sangat informal, evaluasi kurikulum berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang perubahan-perubahan yang telah dicapai oleh program sekolah. Pada tingkat yang lebih formal, evaluasi kurikulum meliputi pengumpulan dan pencatatan data, sedangkan pada tingkat yang sangat formal berbentuk pengukuran  berbagai bentuk kemajuan ke arah tujuan yang telah ditentukan.
Sebagai sebuah konstruksi, kurikulum memiliki komponen atau unsur yang terdiri dari, tujuan, isi atau materi, proses atau system penyampaian dan media, serta evaluasi. Syaodih Sukmadinata (2012:173) mengemukakan bahwa program evaluasi kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil belajar siswa dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja guru, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana, fasilitas dan sumber belajar, dan lain-lain.
Objective, it scope, the quality of personnel in charger of it, the capacities of the students, the relative importance of various subject, the degree to which objectives are implemented, the equipment and materials and son (Taba, 1962:310) dalam Syaodih Sukmadinata (2012:173)
Evaluasi kurikulum menurut Hamalik (2011:253)  merupakan proses untuk menilai kinerja pelaksanaan suatu kurikulum.  Di dalamnya terdapat tiga makna, yaitu (a) evaluasi tidak akan terjadi kecuali telah mengetahui tujuan yang akan dicapai; (b) untuk mencapai tujuan tersebut harus diperiksa hal-hal yang telah dan sedang dilakukan; (c) evaluasi harus mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria tertentu.Fokus evaluasi kurikulum setidaknya dilakukan terhadap empat bidang, yaitu evaluasi terhadap penggunaan kurikulum, desain kurikulum, hasil dari siswa, dan system kurikulum.
Evaluasi kurikulum sering juga dibatasi secara sempit, yaitu hanya ditekankan pada hasil-hasil yang telah dicapai siswa.Curriculum evaluation may be defined asa the estimation of the growth and progress of students toward objectives of the curriculum(Wright,1966:303).    Luas atau sempitnya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuannya. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk menilai keseluruhan system kurikulum atau hanya komponen-komponen tertentu saja dalam system  kurikulum tersebut.(Syaodih Sukmadinata 2012:173)
Taylor, dalam Hamalik (2012:255) berpendapat bahwa evaluasi kurkulum minimal dilakukan dua kali, yaitu pada awal dan akhir pengembangan kurikulum, agar dapat mengukur perubahan dalam jangka waktu tersebut.Ia juga berpendapat bahwa evaluasi kurikulum harus dilakukan berturut-turut sepanjang proses pengembangan kurikulum yang terdiri atas empat tahapan, yaitu penentuan tujuan pendidikan, pemilihan pengalaman pembelajaran, pengorganisasian pengalaman pembelajaran, dan evaluasi efek pembelajaran.


B.   Prinsip-prinsip Evaluasi Kurikulum
    Hamalik (2012:255) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip evaluasi kurikulum adalah sebagai berikut:
1.    Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu pula yang yang mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelaksanaan evaluasi kurikulum;
2.    Bersifat obyektif, dalam artian berpijak pada keadaanyang sebenarnya, bersumber dari data yang nyata dan akurat, yang diperoleh melalui instrument yang andal;
3.    Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum harus mendapatkan perhatian dan pertimbangan secara seksama sebelum diadakan pengambilan keputusan;
4.    Kooperatif dan bertanggungjawab dalam perencanaan. Pelaksanaan dan keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab bersama pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan, seperti guru, kepala sekolah, penilik, orang tua, bahkan siswa itu sendiri, di samping merupakan tanggungjawab utama lembaga penelitian dan pengembangan;
5.    Efisien, khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan yang menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus diupayakan agar hasil evaluasi lebih tinggi, atau paling tidak berimbang dengan materil yang digunakan;
6.    Berkesinambungan. Hal ini diperlukan mengingat tuntutan dari dalam dan luar system sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum. Untuk itu peran guru dan kepala sekolah sangatlah penting, karena mereka yang paling mengetahui pelaksanaan, permasalahan, dan keberhasilan kurikulum.
Dalam konteks pengembangan kurikulum, evaluasi kurikulum memerlukan strategi evaluasi. Dalam pengembangan strategi evaluasi dibutuhkan rumusan yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan evaluasi itu. Rumusan itu diambil dari teori evaluasi yang didalamnya terdapat kerangka kerja konseptual bagi pengembangan strategi evaluasi.Perumusan yang tepat akan menjadi landasan dalam pelaksanaan evaluasi kurikulum. Rumusan yang yang kurang tepat akan menjadi penyebab kegagalan dalam evaluasi. Evaluasi bertujuan untuk menyediakan informasi bagi pembuat keputusan, yang ditekankan pada upaya perbaikan program, bukan sebagai kritik terhadap program (Hamalik:2012:257).
Terdapat empat jenis strategi evaluasi menurut Hamalik (2012:257) yaitu:
1.    Strategi pertama, terdiri atas penentuan lingkungan tempat terjadinya perubahan, terdapat berbagai kebutuhan yang tidak atau belum terpenuhi, dan juga berbagai masalah yang mendasari timbulnya kebutuhan serta kesempatan untuk terjadinya perubahan;
2.    Strategi kedua, terdiri atas pengenalan dan penilaian terhadap berbagai kemampuan (capabilities) yang relevan. Strategi ini sangat besar gunanya dalam pencapaian tujuan program dan desain yang berguna untuk mencapai tujuan-tujuan khusus;
3.    Strategi ketiga, terdiri atas pendekatan dan prediksi hambatan yang mungkin terjadi dalam desain procedural atau implementasi sepanjang tahapan pelaksanaan program;
4.    Strategi keempat, terdiri atas penentuan keefektifan proyek yang telah dilaksanakan, melalui pengukuran dan penafsiran hasil-hasil yang telah dicapai sehingga seorang evaluator dapat memilih strategi yang tepat.
Keempat strategi itu dikembangkan berdasarkan asumsi-asumsi:
1.      Mutu program bergantung pada mutu keputusan yang dibuat;
2.      Mutu keputusan bergantung pada kemampuan manajer untuk mengidentifikasi berbagai alternative yang terdapat dalam berbagai situasi keputusan, melalui berbagai pertimbangan yang seksama;
3.      Dalam pembuatan keputusan yang seksama  dibutuhkan informasi yang tepat dan dapat dipercaya;
4.      Proses pengadaan informasi bagi pembuatan keputusan erat hubungannya dengan konsep evaluasi yang digunakan.
Terdapat sejumlah syarat yang diperlukan dalam program evaluasi kurikulum, agar hasilnya bermakna. Doll (1976), dalam Syaodih (2012:174) yaitu :
1.    Memiliki nilai dan penilaian;
2.    Memiliki tujuan dan sasaran yang jelas;
3.    Bersifat menyeluruh dan terus menerus;
4.    Berfungsi diagnostic dan terintegrasi.

C.   Model-Model Evaluasi Kurikulum
Syaodih (2012:185) memaparkan beberapa model evaluasi kurrikulum yaitu :
1.     Evaluasi Model Penelitian.
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode tes psikologis serta eksperimen lapangan.Tes psikologis dan tes psikometrik pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes intelegensi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes hasil belajar yang mengukur perilaku skolastik.Salah satu pendekatan dalam evaluasi yang menggunakan eksperimen lapangan adalah mengadakan pembandingan antara dua macam kelompok anak, umpamanya yang menggunakan dua metode belajar yang berbeda. Kelompok pertama belajar membaca dengan metode global dan kelompok lain menggunakan metode unsur. Kelompok mana yang lebih baik atau berhasil.
Ada beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut.Pertama, kesulitan administrative, sedikit sekolah yang bersedia dijadikan sebagai sekolah eksperimen. Kedua, masalah teknis dan logis, yaitu kesulitan menciptakan kondisi kelas yang sama untuk kelompok-kelompok yang diuji. Ketiga, sukar untuk mencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompok-kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, pengaruh guru-guru tersebut sukar dikontrol.Keempat, ada keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen yang dilakukan.
2.    Evaluasi model obyektif
Dalam model obyektif, evalusi merupkan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan kurikulum. Evaluator memiliki peran dalam menghimpun pendapat –pendapat orang luar tentan inovasi kurikulum yang dilaksanakan.Evaluasi dilakukan pada akhir pengembangan kurikulum, yang kegiatannya sering disebut evaluasi sumatif.Dalam hal tertentu evaluator sering bekerja sebagai pengembang.Informasi yang diperoleh dari hasil penilaian digunakan untuk penyempurnaan inovasi yang sedang berjalan.Evaluasi ini sering disebut evaluasi formatif.
Dalam model obyektif, kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain, tetapi diukur dengan seperangkat obyektif (tujuan khusus).Keberhasilan pelaksanaan kurikulum diukur dengan penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan tersebut.
Sejumlah persyaratan harus dipenuhi oleh pengembang model obyektif, yaitu:
1).   Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum;
2).   Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa;
3). Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut;
4).  Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan.
3.   Model Campuran Multivariasi
Evaluasi model perbandingan (comparative approach), yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari kedua pendekatan.Strategi ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu kurikulum dan secara serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan kriteria khusus dari masing-masing kurikulum.Metode ini tidak terlepas dari proyek evaluasi.Metode ini berkembang setelah setelah berkembangnya penggunaan computer yang memungkinkan studi lapangan tidak terhambat oleh kesalahan dan kelambatan serta pengolahan statistic dapat dikerjakan dengan computer.
Terdapat sejumlah langkah model multivariasi, seperti dikemukakan Syaodih (2012:188) yaitu:
1)   Mencari sekolah yang berminat untuk dievaluasi;
2)   Pelaksanaan program. Bila tidak ada pencampuran sekolah tekanannya pada partisipasi yang optimal;
3)   Sementara tim menyusun tujuan, yang meliputi semua tujuan dari pengajaran umpamanya dengan metode global dan metode unsur, dapat disiapkan tes tambahan;
4)   Bila semua informasi yang diharapkan  telah terkumpul, maka mulailah dengan pekerjaan computer;
5)   Tiap analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari beberapa variable yang berbeda.
4. Model EPIC
 Model EPIC atau Evaluation Programs For Innovative Curriculums menggambarkan keseluruhan program evaluasi dalam sebuah kubus. Kubus tersebut mempunyai tiga bidang.Bidang pertama adalah behavior atau perilaku yang menjadi sasaran pendidikan yang meliputi cognitive, afektive dan psychomotor. Bidang kedua adalah instruction atau pengajaran, yang meliputi organization, content, method, facilities and cost, dan bidang ketiga adalah kelembagaan  yang meliputi student, teacher, administrator, educational specialist, family and community Doll, 1976 dalam Syaodih (2012:189).


D.   Peranan Evaluasi Kurikulum
Peranan evaluasi kurikulum khususnya pendidikan paling tidak berkenaan dengan tiga hal, yaitu: evaluasi sebagai moral judgment, evaluasi dan penentuan keputusan, evaluasi, dan konsensus nilai.
1.    Evaluasi sebagai moral judgment. Konsep utama dalam evaluasi adalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian, pertama evaluasi berisi skala nilai moral, berdasarkan skala tersebut suatu obyek evaluasi  dapat dinilai. Kedua, evaluasi berisi seperangkat kriteria praktis berdasarkan kriteria itu suatu hasil dapat dinilai. Dalam evaluasi terdiri dari dua kegiatan, yaitu mengumpulkan informasi dan kedua menentukan suatu keputusan.
2.    Evaluasi dan penentuan keputusan
     Pengambil keputusan dala pendidikan atau khususnya kurikulum terdiri dari guru, murid, orang tua, kepala sekolah, inspektur, pengembang kurikulum dan sebagainya.Tiap individu di atas membuat keputusan sesuai dengan posisinya.Besar kecilnya peranan keputusan yang diambil oleh seseorang sesuai dengan lingkup tanggung jawab serta lingkup masalah yang dihadapinya pada suatu saat. Setiap pengambil keputusan dalam proses evaluasi memegang posisi nilai yang berbeda, sesuai dengan posisinya.Masalah yang timbul adalah, tidak diperoleh hasil evaluasi yang dapat bermanaat bagi semua pihak.
3.    Evaluasi dan Konsensus nilai
Hasil evaluasi kurikulum yang diperoleh dari berbagai latar belakang, sulit diperoleh kesatuan dalam penilaian.Kesatuan penilaian hanya dapat dicapai melalui suatu consensus.Konsensus tersebut merupakan kerangka kerja penelitian, yang dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar yang bersifat behavior, penggunaan analisis statistic dari pretest dan posttest.
E.   Kesimpulan
Evaluasi kurikulum menurut Hamalik (2011:253)  merupakan proses untuk menilai kinerja pelaksanaan suatu kurikulum.  Di dalamnya terdapat tiga makna, yaitu (a) evaluasi tidak akan terjadi kecuali telah mengetahui tujuan yang akan dicapai; (b) untuk mencapai tujuan tersebut harus diperiksa hal-hal yang telah dan sedang dilakukan; (c) evaluasi harus mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria tertentu
Dalam konteks pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi dapat ditentukan  nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum dapat dipertahankan atau tidak, bagian mana yang harus disempurnakan.
Terdapat empat jenis strategi evaluasi menurut Hamalik (2012:257) yaitu:
1.    Strategi pertama, terdiri atas penentuan lingkungan tempat terjadinya perubahan, terdapat berbagai kebutuhan yang tidak atau belum terpenuhi, dan juga berbagai masalah yang mendasari timbulnya kebutuhan serta kesempatan untuk terjadinya perubahan;
2.    Strategi kedua, terdiri atas pengenalan dan penilaian terhadap berbagai kemampuan (capabilities) yang relevan. Strategi ini sangat besar gunanya dalam pencapaian tujuan program dan desain yang berguna untuk mencapai tujuan-tujuan khusus;
3.    Strategi ketiga, terdiri atas pendekatan dan prediksi hambatan yang mungkin terjadi dalam desain procedural atau implementasi sepanjang tahapan pelaksanaan program;
4.    Strategi keempat, terdiri atas penentuan keefektifan proyek yang telah dilaksanakan, melalui pengukuran dan penafsiran hasil-hasil yang telah dicapai sehingga seorang evaluator dapat memilih strategi yang tepat.
Syaodih (2012:185) memaparkan beberapa model evaluasi kurrikulum yaitu :
1.    Evaluasi Model Penelitian.
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode tes psikologis serta eksperimen lapangan.Tes psikologis dan tes psikometrik pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes intelegensi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes hasil belajar yang mengukur perilaku skolastik.
2.    Evaluasi model obyektif
Dalam model obyektif, evalusi merupkan bagian yang sangat penting dari menghimpun pendapat –pendapat orang luar tentan inovasi kurikulum yang dilaksanakan
3.    Model Campuran Multivariasi
Evaluasi model perbandingan (comparative approach), yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari kedua pendekatan.Strategi ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu kurikulum dan secara serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan kriteria khusus dari masing-masing kurikulum.
4.    Model EPIC
 Model EPIC atau Evaluation Programs For Innovative Curriculums menggambarkan keseluruhan program evaluasi dalam sebuah kubus. Kubus tersebut mempunyai tiga bidang.Bidang pertama adalah behavior atau perilaku yang menjadi sasaran pendidikan yang meliputi cognitive, afektive dan psychomotor. Bidang kedua adalah instruction atau pengajaran, yang meliputi organization, content, method, facilities and cost, dan bidang ketiga adalah kelembagaan  yang meliputi student, teacher, administrator, educational specialist, family and community
Peranan evaluasi kurikulum khususnya pendidikan paling tidak berkenaan dengan tiga hal, yaitu: evaluasi sebagai moral judgment, evaluasi dan penentuan keputusan, evaluasi, dan konsensus nilai


Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi
Aksara

Hamalik, Oemar. 2011. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum.Bandung:
PT Remaja Rosda Karya

Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2012. Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya

1 komentar:

  1. ambil sekarang bonus piala dunia 2018 dari bolavita yuk.
    Link Promo Bonus : www,bolavita,pro/promo-piala-dunia/

    sabung ayam terbaik indonesia dengan minimal pasang 10rb online dari hp dan komputer live s128 sv388 cft2288

    www,sabungayam,pro
    www,sabungonline,org
    www,ayamsabungonline,com
    www,sabung-online,com
    www,sabung-online,net
    www,sabung-online,org
    www,onlinesabungayam,net
    agenpialadunia2018-blog.logdown,com

    kontak kami bolavita:
    WA : 081377055002
    BBM PIN : BOLAVITA

    BalasHapus