Marquee

Terima Kasih Anda Telah Berkunjung Ke Blognya Jarsa

Kamis, 02 Mei 2013


EVALUASI KURIKULUM

A.       Pendahuluan
S
alah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menyempurnakan kurikulum. Penyempurnaan kurikulum dilakukan dengan  penilaian terhadap kekuatan dan kelemahan dari suatu kurikulum dalam bentuk evaluasi kurikulum. Suatu evaluasi yang baik dilakukan secara komprehensif, mencakup semua langkah kegiatan dan komponen kurikulum, mulai dari dokumen kurikulum, pelaksanaan, hasil yang telah dicapai, fasilitas penunjang serta para pelaksana kurikulum.
Hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan system pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru, kepala sekolah, dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan ajar, metode dan alat bantu pebelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.

Kamis, 04 April 2013

Model-model Pengembangan Kurikulum


MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
P
engembangan kurikulum  tidak dapat  lepas  dari  berbagai  aspek  yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya,  dan  sosial),  proses  pengembangan,  kebutuhan  peserta  didik,  kebutuhan masyarakat  maupun  arah  program  pendidikan. Aspek-aspek tersebut  akan menjadi bahan  yang perlu  dipertimbangkan  dalam  suatu pengembangan  kurikulum. Model  pengembangan  kurikulum  merupakan  suatu alternatif  prosedur  dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan  mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat  menggambarkan  suatu proses  sistem  perencanaan  pembelajaran  yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan (Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran, UPI  Bandung:  2002)

Selasa, 02 April 2013


Metode Role Playing

1.  Pengertian Role Playing
R
ole playing atau bermain peran suatu metode yang jarang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Untuk menggunakan metode tersebut perlu pemahaman yang mendalam agar dalam penggunaanya tidak keliru. 
Syaiful Sagala dalam Nurmansyah (2011: 26) mendefinisikan metode bermain peran adalah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem agar peserta didik dapat memecahkan masalah yang muncul dari situasi sosial.
Sedangkan menurut Surachmad dalam Nurmansyah (2011: 26) bermain peran menekankan kenyataan dimana siswa diikutsertakan dalam memainkan peran dalam mendramatisasi hubungan sosial. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran adalah metode mengajar yang menugaskan siswa untuk memerankan suatu tokoh dalam situsi sosial tertentu yang menuntut siswa agar dapat mendramastisasi peran tersebut.

Sabtu, 30 Maret 2013

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


OPTIMALISASI PELAKSANAAN MBS DI SEKOLAH 

BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
S
ejak digulirkannya otonomi daerah bulan Januari 2001 hal ini memberikan bias terhadap pelaksanaan pendidikan di Indonesia secara keseluruhan. Dengan kebijakan ini sebagian kewenangan Pemerintah Pusat dilimpahkan ke Pemerintahan Daerah. Sebagai konsekuensinya  terjadilah desentralisasi pendidikan.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik dimasa  mendatang, telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap  gerak langkah dan perkembangan dunia pendidkan. Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, serta merubah perilaku dan meningkatkan kualitas hidup.
Menyadari akan pentingnya pendidikan, maka sekolah sebagai institusi pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan derajat social masyarakat bangsa perlu dikelola, diatur, ditata, dan diberdayakan agar dapat menghasilkan produk atau hasil secara optimal. Dengan kata lain sekolah sebagai lembaga tempat penyelenggraan pendidikan merupakan system yang memiliki berbagai perangkat dan unsur yang saling berkaitan memerlukan pemberdayaan. Secara internal sekolah memiliki perangkat guru, murid, kurikulum, sarana, dan prasarana. Sedangkan secara eksternal sekolah berhubungan dengan instansi lain baik secara vertikal maupun secara horizontal.

Pembelajaran Berbasis Masalah


MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
( PROBLEM BASED LEARNING )

1.    PENGERTIAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH      
I
stilah Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBM ) diadopsi dari istilah Inggris yaitu Problem Based Instruction ( PBI ). Dari segi paedagogis, pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori konstruktivisme. Model pembelajaran berbasis masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. (Abuddin Nata, 2009:243).                                                          
Pendapat ini senada dengan yang dikemukan oleh Arend ( dalam Trianto, 2011 : 92 ), bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan  keterampilan berfikir ke tingkat yang lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Jumat, 29 Maret 2013

Sumber Belajar


SUMBER BELAJAR

A.   PENDAHULUAN

Sumber Belajar merupakan salah satu faktor yang penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Sumber belajar terdiri atas pesan ( segala informasi dalam bentuk ide, fakta, dan data yang disampaikan kepada anak didik), orang (manusia yang berperan sebagai penyeji dan pengolah pesan, seperti : guru, nara sumber, yang dilibatkan dalam kegiatan belajar, bahan (perangkat lunak yang berisi pesan-pesan), alat (perangkat keras yang digunakan untuk menyampaikan pesan), teknik (prosedur yang dipakai untuk menyajikan pesan), dan lingkungan (kondisi dan situasi dimana kegiatan pembelajaran itu terjadi). (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007:197).

Rabu, 27 Maret 2013

Pendekatan Realistic Mathematics Education


KAJIAN KONSEPTUAL TENTANG
PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION
DI SEKOLAH DASAR


Pembelajaran Matematika di SD
Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (Winataputra, dkk, 2007: 1.19), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena itu, maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tetapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses belajar terjadi juga karena konteks interaksi sosio-kultural dalam lingkungan masyarakat.

Minggu, 17 Maret 2013

Kerajaan Islam Di Indonesia


Kerajaan Islam Di Indonesia
Assalamualaikum wr.wb
Selamat berjumpa anak-anak dengan blogjarsha. Semoga kalian senantiasa semangat dalam belajar agar kelak dewasa nanti menjadi orang yang bisa bermanfaat untuk dirimu sendiri, keluargamu dan juga orang lain.
Pada kesempatan ini blogjarsha akan menguraikan tentang beberapa Kerajaan Islam Di Indonesia. Simak baik-baik ya…..
Kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada di Indonesia antara lain sebagai beerikut:
1.    Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh dengan pusatnya di Aceh bagian utara (sekarang kabupaten Lhokseumawe). Samudera Pasai berdiri sekitar abad ke 13 dan merupakan kerajaan Islam yang pertama di Indonesia. Pada masanya, Smudera Pasai merupakan pusat perdagangan dan pusat penyebara  Agama Islam.

Selasa, 12 Maret 2013

Siswa Sulit Diatur


CARA MENGATASI PERILAKU SISWA YANG SULIT DIATUR
PADA PROSES PEMBELAJARAN

A.    PENDAHULUAN
Kita menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya kelompok ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan , kelompok ini disebut kelompok visual. Sebagian yang lain biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan guru dan membuat catatan. Kelompok ini mengandalkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat, kelompok ini disebut kelompok auditori. Ada juga  sebagian siswa yang selama pelajaran mereka banyak bicara, mudah teralihkan perhatiannya oleh suara kebisingan. Mereka cenderung impulsife, kurang sabaran, mengganggu bahkan gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu. kelompok ini disebut kelompok kinestetik.

Alat Peraga Matematika


Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika

Alat Peraga Matematika
            Alat peraga matematika atau media pendidikan matematika adalah suatu media yang digunakan dalam rangka mengatasi kelemahan atau kekurangan dalam pengajaran matematika khususnya dalam hal komunikasi antara guru dan siswa. Menurut Hamidjojo (Darhim, 1992: 5) media pendidikan adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang biasanya sudah dituangkan dalam kurikulum dan dimaksudkan untuk mengoptimalkan pencapaian suatu kegiatan belajar mengajar. Sedangkan Briggs (Darhim, 1992: 5) mengemukan bahwa media pendidikan adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyampaikan pengajaran, mencakup buku, film, video tape, sajian slide tape dan sebagainya serta suara guru dan prilaku non verbal.
Dari Kedua pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa media pendidikan matematika atau alat peraga matematika adalah media pendidikan yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar matematika sesuai dengan isi dan tujuan dalam kurikulum yang bertujuan untuk meningkatkan hasil kegiatan belajar. Alat peraga matematika ini dapat berupa perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (sofware).

Minggu, 10 Maret 2013

“Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Pembelajaran IPA Pada Konsep Gaya Magnet


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan guna mencerdaskan kehidupan bangsa yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yang dijabarkan melalui: Undang-Undang Republik Indonesia no 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang berbunyi :
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak seta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat akan menuntut sumber daya manusia untuk meningkatkan kemampuannya, karena sumber daya manusia salah satunya harus dapat mengimbangi kemajuan teknologi. Untuk itu kita sebagai pendidik harus dapat menyiapkan siswa agar dimasa yang akan datang mampu mengimbangi kemajuan teknologi tersebut.

Sabtu, 09 Maret 2013

E-LEARNING


PENTINGNYA PENERAPAN E-LEARNING PADA
 PEMBELAJARAN DI TINGKAT SEKOLAH DASAR

A.   Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi memungkinkan siswa untuk menjangkau berbagai informasi melalui media elektronik. Hal ini mengubah keadaan  siswa dimana keadaan lama jangkauan siswa terbatas pada ruang kelas atau gedung sekolah belaka akan tetapi kini berbagai sumber informasi dapat dengan mudah diakses dengan menggunakan media teknologi informasi tersebut.
Munculnya media teknologi informasi  tersebut pada proses belajar mengajar menimbulkan pergesaran peran guru dimana guru hanya menjadi fasilitator saja sedangkan siswa menjadi titik sentralnya. Namun demikian bukan berarti peran guru kurang akan tetapi bagaimana guru berperan untuk dapat menggunakan media teknologi informasi  tersebut bermanfaat bagi kebutuhan pendidikan anak didiknya.