MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
( PROBLEM BASED LEARNING )
1.
PENGERTIAN PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH
I
|
stilah Pembelajaran
Berbasis Masalah ( PBM ) diadopsi dari istilah Inggris yaitu Problem
Based Instruction ( PBI ). Dari segi paedagogis, pembelajaran berbasis masalah
didasarkan pada teori konstruktivisme. Model pembelajaran berbasis masalah
adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik
tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan
atau jawabannya oleh siswa. (Abuddin Nata, 2009:243).
Pendapat
ini senada dengan yang dikemukan oleh Arend ( dalam Trianto, 2011 : 92 ), bahwa
pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana
siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan
berfikir ke tingkat yang lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya
diri.
Lebih
lanjut Dewey (dalam Sudjana, 2001 : 19 ) menyatakan belajar berdasarkan masalah
adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua
arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa
bantuan dan masalah , sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan
itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang
diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna
memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan
belajarnya.
Jadi
model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Dengan model pembelajaran ini, peserta
didik dari sejak awal sudah dihadapkan kepada berbagai masalah kehidupan yang
mungkin akan ditemuinya kelak pada saat mereka sudah lulus dari bangku sekolah.
2. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
Pembelajaran berbasis
masalah memiliki karakteristik sebagai berikut :
1)
permasalahan menjadi starting point dalam
belajar
2)
permasalahan yang diangkat adalah
permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur
3)
permasalahan membutuhkan perspektif ganda
4)
permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki
siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan
belajar dan bidang baru dalam belajar
5)
belajar pengarahan diri menjadi hal yang
utama
6)
pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam,
penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial
dalam PBM
7)
belajar adalah kolaboratif, komunikatif dan
kooperatif
8)
pengembangan keterampilan inquiry dan
pemecahan sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari
solusi dari sebuah permasalahan
9)
keterbukaan proses dalam PBM meliputi
sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar
10)PBM melibatkan evaluasi dan
review pengalaman siswa dan proses belajarStudi kasus pembelajaran berbasis
masalah, meliputi :
a.
penyajian masalah;
b.
menggerakkan inquiry;
c.
langkah-langkah PBM, yaitu analisis inisial,
mengangkat isu-isu belajar, iterasi kemandirian dan kolaborasi pemecahan
masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi.
3.
DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH
Desain model pembelajaran
berbasis masalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama, para siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok yang terdiri dari 5 sampai 6 orang.
Kedua, pada setiap kelompok
tersebut terdapat seorang ketua yang bertindak sebagai moderator dan sekaligus
juru bicara, dan seorang sekretaris yang bertindak sebagai pencatat dan perumus
hasil pemecahan masalah. Ketua dan sekretaris kelompok tersebut juga merangkap
sebagai anggota.
Ketiga, menentukan .pokok masalah
yang akan dipecahkan. Permasalahan tersebut dapat dituangkan dari bahan
pelajaran yang terdapat dalam silabus, dapat pula permasalahan yang berasal
dari para siswa sendiri. Untuk itu, seorang guru hendaknya mendorong setiap
kelompok untuk berani mengemukakan poko masalah yang akan dibahas
dan dipecahkan. Andaikan para siswa dalam kelompok tersebut mendapatkan
kesulitan dalam menemukan masalahnya, maka guru dituntut untuk menawarkan
masalah-masalahnya. Selain itu, permasalahan tersebut harus mengandung
isu-isuyang mengandung konflik, bersifat familier, mengandung kompetensi yang
harus dimiliki oleh muris sesuai dengan kurikulum yang berlaku, serta sesuai
dengan minat murid.
Keempat, guru meminta para siswa
dalam setiap kelompok tersebut untuk mendiskusikan poko masalah tersebut sesuai
dengan waktu yang tersedia.
Kelima, berbagai kegiatan yang
terdapat dalam kelompok tersebut antara lain:
1)
Mengumpulkan data dengan cara masing-masing
kelompok bertukat pikiran, melakukan observasi, mempelajari berbagai bacaan,
mengakses Internet dan inventarisasi data lainnya;
2)
Menganalisis data yang telah
dikumpulkan dengan cara mengkajinya dan mempertanyakannya, yakni apakah
data tersebut telah memadai untuk menjawab permaslahan tersebut;
3)
Menyusun hipotesis yang didasarkan pada hasil
analisis data-data tersebut, yaitu berupa dugaan, jawaban, atau kesi mulan
sementara sabagai salah satu alternatif pemecahan masalah atau jawaban atas
masalah tersebut, kebenaran hasilnya harus dibuktikan;
4)
Mengolah data, yaitu data yang ada dan telah
dianalisis itu diolah dengan baik agar dapat memperjelas ke arah pemecahan
masalah yang tepat;
5)
Menguji hipotesis, yaitu bahwa kebenaran
hipotesis atau cara pemecahan masalah yang telah diajukan tersebut diuji
kembali, yakni apakah hipotesis tersebut sudah merupakan jawaban atau pemecahan
masalah yang tepat atau belum;
6)
Menarik kesimpulan yang berisi jawaban atau
pemecahan atas masalah tersebut. (Abuddin Nata, 2009 :249)
4. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
A.
KELEBIHAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Model Pembelajaran Berbasis
Masalah dinilai memiliki berbagai kelebihan diantara :
1)
dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi
lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja;
2)
dapat membiasakan para siswa
menghadapai dan memecahka masalah secara terampil, yang selanjutnya dapat
mereka gunakan pada saat menghadapi masalah yang sesunguhnya di masyarakat
kelak;
3)
dapat merangsang pengembangan kemampuan
berfikir secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses pembelajarannya,
para siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari
berbagai aspek.
B.
KEKURANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Model Pembelajaran Berbasis
Masalah dinilai memiliki berbagai kekurangan diantara :
1)
sering terjadi kesulitan dalam menemukan
permasalahan yang sesuai dengan tingkat berfikir para siswa. Hal ini terjadi,
karena adanya perbedaan tingkat kemampuan berfikir pada para siswa. Seseorang
misalnya, menduga bahwa PBL hanya cocok untuk siswa SLP, SLA, atau PT. Namun
yang sesungguhnya PBL dapat pula diterapkan pada siswa SD asalkan masalah yang
disajikan sesuai dengan tingkat kemampuan siwa SD tersebut;
2)
Sering memerlukan waktu yang lebih banyak
dibandingkan dengan penggunaan metode konvensional, Hal ini terjadi antara lain
karena dalam memecahkan masalah tersebut sering keluar dari konteksnya atau
cara pemecahannya yang kurang efisien;
3)
sering mengalami kesulitan dalam perubahan
kebiasaan belajar dari yang semula belajar dengan mendengar, mencatat dan
menghafal informasi yang disampaikan guru, menjadi belajar dengan cara mencari
data, menganalisis, menyusun hipotesis, dan memecahkannya sendiri. (Abuddin
Nata, 2009 :250)
DAFTAR PUSTAKA
Amri
Sofan & Iif Khoiru Ahmadi. (2010). Konstruksi pengembangan
Pembelajaran. Surabaya : Prestasi Pustaka.
Isriani
Hardini & Dewi Puspitasari, ( 2012 ). Strategi Pembelajaran
Terpadu. Yogyakarta : Familia
Nata
Abuddin. (2009). Perspektif Islam tentang Straegi Pembelajaran.
Jakarta : Kencana.
Rusman.
( 2011 ). Model-model Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Press.
Sagala
Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Tim
Penyusun Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. (2012). Modul
Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru rayon 9 Universitas Negeri Jakarta.
Jakarta : Copyright 2012 Universitas Negeri Jakarta.
Trianto. ( 2011 ). Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-progresif. Jakarta : Prenada Media
Msu nanya apa sih perbedaan pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berpusat pada masalah
BalasHapusambil sekarang bonus piala dunia 2018 dari bolavita yuk.
BalasHapusLink Promo Bonus : www,bolavita,pro/promo-piala-dunia/
sabung ayam terbaik indonesia dengan minimal pasang 10rb online dari hp dan komputer live s128 sv388 cft2288
www,sabungayam,pro
www,sabungonline,org
www,ayamsabungonline,com
www,sabung-online,com
www,sabung-online,net
www,sabung-online,org
www,onlinesabungayam,net
agenpialadunia2018-blog.logdown,com
kontak kami bolavita:
WA : 081377055002
BBM PIN : BOLAVITA
Commonly, research in this space is grounded first in the idea of way of life and relates this to different parts of an individual or gathering way of life. Key topics that might impact way of life incorporate exercises/conduct, WellNessPitch and mentalities, people versus gatherings, bunch connection, intelligence, obviousness, and decision.
BalasHapusMoreover, tank tops are popular among men and women. Tanks tops, such as Next Level N1533 bring men and women a signature style to their everyday look. The popular use for tank tops is for workouts or beach walks or stylish casual looks.
BalasHapusHey there! This is kind of off topic but I need some help from an established blog.
BalasHapusIs it difficult to set up your own blog? I’m not
very techincal but I can figure things out pretty fast.
I’m thinking about creating my own but I’m not sure where to begin.
Do you have any points or suggestions?
Contact me at: IQTechTime