Marquee

Terima Kasih Anda Telah Berkunjung Ke Blognya Jarsa

Artikel

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
DALAM PEMBELAJARAN SAINS

1. Latar Belakang
Banyak pendekatan yang kita kenal dan digunakan dalam pengajaran atau pembelajaran. Tiap pendekatan memiliki ciri-ciri dasar atau karakteristik sendiri. Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan mendapat tekanan dalam pembelajaran. Ada pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa,guru,masalah dan juga ada yang berfokus pada teknologi.
Pembelajaran yang berfokus pada siswa lebih menekankan penerapan dari pengetahuan, konsep dan prinsip-prinsip tersebut di dalam kehidupan dan lingkungan siswa sendiri. Oleh karena itu pada pendekatan pembelajaran ini aspek kehidupan dan lingkungan mendapat perhatian yang lebih besar.
Sering kali kita dihadapkan pada kondisi dimana siswa sendiri tidak mengenali lingkungannya yang padahal dilingkungan siswa tersebut merupakan sumber pembelajaran bagi dirinya. Siswa terkadang merasa asing berada dilingkungannya sebab lingkungannya sendiri tidak pernah dijadikan fokus pembelajaran.

Berkenaan dengan hal itu, penulis menawarkan model pembelajaran sains yang berfokus pada siswa, bermakna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan lingkungan yang semua itu secara komprehensif tercakup pada pembelajaran kontekstual.
2. Konsep Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual teaching and learning atau CTL) merupakan suatu system atau pendekatan pembelajaran yang bersifat holistik. Pembelajaran ini terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait, yang apabila dilaksanakan masing-masing memberikan dampak sesuai dengan perannya. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada pemikiran bahwa siswa belajar apabila mereka melihat makna dari yang mereka pelajari. Dan makna dalam pekerjannya di sekolah apabila mereka dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Melalui CTL belajar dapat menjadi bermakna dengan mengaitkan konten dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Elaine B. Johnson (2002), menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran kontekstual minimal ada tiga prinsip utama yaitu:
a. Prinsip Saling Ketergantungan (Interdependence)
Menurut hasil kajian para ilmuwan modern segala yang ada di alam semesta ini adalah saling berhubungan. Segala yang ada, baik manusia maupun bukan manusia, makhluk hidup ataupun benda mati atau satu sama lain berhubungan dan tergantung membentuk pola dan jaring system hubungan yang teratur.
Prinsip saling ketergantungan alam semesta, juga berlaku dalam pendidikan dan pembelajaran. Dalam kehidupan di sekolah siswa saling berhubungan dan tergantung dengan guru, kepala sekolah, orang tua serta berbagai nara sumber yang ada disekitarnya. Dalam proses pembelajaran siswa juga berhubungan dengan bahan ajar, buku sumber, media, sarana dan prasarana pendidikan, iklim sekolah da lingkungan.
Saling hubungan inilah bukan hanya sebatas memberikan dukungan, kemudahan tetapi juga harus dapat memberikan makna. Sebab makna hanya ada karena adanya hubungan yang berarti. Pembelajaran kontekstual menekankan hubungan antara bahan ajar yang bersifat konsep dengan penerapan kehidupan, antara teori dengan praktek, dan juga antara kegiatan siswa dengan kegiatan siswa yang lainnya.
b. Prinsip Diferensiasi (Differentiation)
Diferensiasi menunjuk kepada sifat alam yang secara terus menerus menimbulkan perbedaan, keragaman, keunikan. Alam tidak pernah mengulang dirinya tetapi keberadaannya selalu berbeda. Prinsip diferensiasi menunjukkan kreativitas yang luar biasa dari alam semesta. Diferensiasi bukan hanya menunjukkan perubahan dan kemajuan tanpa batas, tetapi juga kesatuan-kesatuan yang berbeda tersebut berhubungan, saling tergantung dalam keterpaduan yang bersipat simbiosis atau saling menguntungkan.
Pada prinsip ini diharapkan para guru untuk mendidik, mengajar, melatih, membimbing sesuai dengan tugas dan kewajibannya sebagai seorang guru.
Proses pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan menekankan kreativitas, keunikan, variasi dan kolaborasi. Dan konsep-konsep tersebut bisa dilaksanakan dalam pembelajaran kontekstual. Bagaimana siswa berkolaborasi dengan teman-temannya untuk melakukan pengamatan, menghimpun dan mencatat informasi serta menemukan prinsip-prinsip dan pemecahan masalah.
c. Prinsip Pengorganisasian Diri (Self organization)
Setiap individu atau kesatuan (entity) dalam alam semesta mempunyai potensi melekat, yaitu kesadaran sebagai kesatuan yang utuh yang berbeda dari yang lain. Tiap orang memiliki organisasi diri, keteraturan diri, kesadaran diri, pemeliharaan diri sendiri, suatu energi atau kekuatan hidup, yang memungkinkan mempertahankan dirinya secara khas berbeda dengan yang lainnya.
Prinsip organisasi diri, menuntut para pendidik di sekolah agar mendorong setiap siswanya untuk memahami dan merealisasikan semua potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin. Pembelajaran kontekstual diarahkan untuk membantu para siswa mencapai keunggulan akademik, penguasaan standar, pengembangan sikap dan moral sesuai dengan harapan masyarakat.

3. Mengapa Diperlukan Pembelajaran Kontekstual?
Ada beberapa alasan diperlukannya penggunaan pembelajaran kontekstual , diantaranya:
• Belajar lebih bermakna bila siswa mengalami sendiri, bukan mengetahui
• Kelas akan lebih hidup dan siswa belajar dengan sesungguhnya
• Dalam pembelajaran kontekstual guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa untuk membuat hubungan mereka sehari-hari dilingkungan keluarga dan masyarakat.
• Siswa lebih aktif dan guru sebagai fasilitator.
Beberapa perbedaan pembelajaran tradisional dengan pembelajaran CTL
No Tradisional CTL
1. Menyandarkan pada hapalan Menyandarkan pada pemahaman makna
2. Siswa secara pasif cenderung hanya menerima informasi Siswa terlibat aktif alam proses pembelajaran
3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
4. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, latihan soal-soal (melalui kerja individual) Waktu belajar siswa digunakan untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok)
5. Ketrampilan dibangun atas dasar latihan (mekanistis) Ketrampilan dikembangkan atas dasar pemahaman dan kompetensi

4. Langkah-langkah Menyusun Pembelajaran Kontekstual
1) Menentukan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran hendaknya mengandung kegiatan yang menerapkan ketrampilan akademik, social, personal dalam kehidupan nyata. Tujuan pembelajaran ini hendaknya dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang oprasional dari kompetensi dasar. Dalam penentuan tujuan hendaknya mempertimbangkan bahan materi yang akan disampaikan dengan lingkungan anak sebagai sumber belajar
2) Menentukan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dan dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus. Materi hendaknya menghubungkan contoh-contoh dalam kehidupan dan kegiatan siswa sehari-hari.
3) Memilih Metode Pembelajaran
Pada hakikatnya tidak ada satupun metode yang dianggap paling baik. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemilihan metode hendaknya mempertimbangkan tujuan dan materi pembelajaran yang akan dikembangkan. Hendaknya metode yang dipilih adalah metode yang bisa membuat siswa belajar lebih aktif dan bermakna.
4) Langkah-Langkah kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sains terdiri dari :
a. Kegiatan Awal
• Pendahuluan
• Motivasi
• Merumuskan masalah
b. Kegiatan Inti
• Menentukan hipotesa/opini
• Melakukan kegiatan untuk mengumpulkan data
• Mengolah data (melakukan diskusi)
• Perumusan kesimpulan
• Pemantapan (menghubungkan conten (bahan ajar) dengan kontek dalam kehidupan sehari-hari siswa
c. Kegiatan Akhir
• Melakukan penilaian
• Tindak lanjut
5) Mencantumkan alat dan sumber pembelajaran
Alat dan sumber hendaknya mengacu pada jenis materi yang dipilih. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media dan nara sumber.
6) Mencantumkan penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk penilaian dan jenis penilaian. Biasanya jika penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.
5. Penutup
Penulis menyadari bahwa memilih pendekatan pembelajaran yang cocok terkadang kita terbatas pada pengetahuan dan kemampuan kita sendiri dalam merealkan pendekatan tersebut pada proses pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan terkadang statis dan monoton. Keikhlasan dan keinginan yang kuat dari para pendidik untuk mencoba pendekatan yang bervariatip akan membuat anak kita belajar lebih baik. Dan salah satu pendekatan yang bisa dipilih adalah pendekatan Contextual teaching and learning ( CTL ).
Selamat mencoba!